REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, bertemu dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas di London Hotel, Rabu (14/5) malam.
Pertemuan di hotel kelas atas itu adalah yang pertama kalinya sejak pembicaraan damai Israel Palestina runtuh bulan lalu. Seorang pejabat AS mengatakan kepergian Kerry ke London juga untuk membicarakan krisis Suriah dan Ukraina.
Dikutip dari BBC, Kerry sedang berusaha kembali menegakan perjanjian damai. Ia mencoba membuat Abbas kembali komitmen dengan proses perdamaian.
Negosiasi itu telah runtuh bulan lalu karena tenggat waktu. Israel menolak melanjutkannya karena faksi-faksi Palestina bersatu dengan Hamas, dengan Abbas sebagai pemimpinnya. Sehingga Kerry harus memberi status ‘’Pause’’ pada perjanjian yang diusahakannya itu.
‘’Pintu perdamaian tetap terbuka. Kerry terus mempercayainya,’’ kata pejabat senior departemen luar negeri sebelum Kerry meninggalkan Washington. Ia mengatakan, pembicaraan dengan Abbas kali ini akan lebih pada hubungan Washington dengan orang-orang Palestina.
Sebelum bertemu Kerry, Abbas juga bertemu dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron di Downing Street. Abbas menyatakan kesiapannya melanjutkan pembicaraan damai. Sementara Israel masih belum bergeming. Presiden Benjamin Netanyahu telah tegas mengatakan pihaknya akan melanjutkan negosiasi jika perjanjian Palestina dengan Hamas dibatalkan.
Alasannya, Hamas selalu menolak mengakui keberadaan Israel. Organisasi yang berkuasa di wilayah Gaza dan Tepi barat itu juga telah dicap kelompok teroris oleh AS, Uni Eropa, Israel dan beberapa negara lain. Sementara Abbas bersikukuh akan membuat pemerintahan kerjasama dengan Hamas untuk menyemai kedamaian di wilayah Gaza.
Juru Bicara Downing Street mengatakan Abbas telah mengemas rencananya dalam pemerintahan baru tersebut. Ia berkomitmen pada prinsip negosiator Timur Tengah, yaitu tidak menyertakan kekerasan dalam bentuk apa pun dan tetap mengakui Israel.