Jumat 16 May 2014 13:45 WIB

Pengeboran Cina di Laut Cina Selatan Jalan Terus

Rep: Ani Nursalikah / Red: Mansyur Faqih
Laut Cina Selatan
Foto: timegenie.com
Laut Cina Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat tinggi militer Cina Jenderal Fang Fenghui mengatakan negaranya tak akan memindahkan kilang minyak di Laut Cina Selatan. Meski pun hal itu memicu unjuk rasa mematikan di Vietnam.

Fang menegaskan, Cina tidak akan mundur satu inci pun dari wilayah itu. Berbicara dalam kunjungannya ke Washington, Fang juga menyalahkan poros strategis Presiden AS Barack Obama di Asia. Fokus AS pada Asia justru meningkatkan ketegangan. Dia memperingatkan AS tidak memihak dalam masalah Cina dan Vietnam. 

Dia mengatakan beberapa negara Asia menganggap serius perkataan Obama untuk menyeimbangkan militer dan aset diplomatik di Asia. Menurutnya, hal itu merupakan kesempatan untuk menciptakan masalah di Laut Cina Selatan dan Timur.

Fang yang juga kepala staf umum Tentara Pembebasan Rakyat Cina mengatakan kilang pengeboran minyak Haiyang Shiyou 981 beroperasi di wilayah perairan negeri tirai bambu tersebut. Dia bersumpah akan melindungi kegiatan pengeboran itu.

Sengketa wilayah maritim antara Cina dan Vietnam meluas menjadi gerakan anti-Cina di Vietnam. Sedikitnya 21 orang tewas, 600 orang ditahan dan 460 pabrik terkait Cina dirusak, Rabu malam. 

Wakil Presiden Joe Biden mengutarakan kekhawatirannya atas tindakan Cina. Biden mengatakan kepada Fang tindakan Cina dalam sengketa maritim berbahaya dan provokatif. 

"Suatu negara tidak seharusnya mengambil langkah provokatif untuk mengklaim daerah sengketa dengan cara yang merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan itu," ujar Biden dalam pernyataannya, dikutip BBC, Jumat (16/5).

Berdiri di Pentagon bersama perwira militer AS Jenderal Martin Dempsey, Fang mengatakan Vietnam memicu masalah dengan mengirimkan kapal untuk mengganggu aktivitas pengeboran Cina.

"Saya pikir itu cukup jelas. Siapa yang melakukan aktivitas normal dan siapa yang mengganggu," kata Fang yang berbicara melalui seorang penerjemah, dikutip dari Reuters, Kamis (15/5).

Menanggapi perkembangan militer Cina yang pesat, Vietnam memperluas hubungan militernya dalam beberapa tahun terakhir. Bukan hanya dengan Rusia, tapi juga dengan Amerika Serikat. 

Cina mengklaim hampir seluruh kawasan Laut Cina Selatan yang diyakini menyimpan kekayaan minyak dan gas. Selain dengan Vietnam, sengketa wilayah juga melibatkan Filipina, Taiwan, Malaysia dan Brunei. Di Laut Cina Timur, Cina bersengketa dengan Jepang. 

Berbicara tentang ketegangan regional, Fang mengatakan Cina tidak menciptakan masalah. Dia mengatakan Cina tidak takut dan siap mempertahankan integritas teritorialnya.

"Wilayah itu telah diwariskan oleh nenek moyang kami ke tangan generasi berikutnya. Kami tidak bisa kehilangan satu inci pun," katanya.

Dempsey tidak secara eksplisit mengkritik Cina. Namun, dia mengungkapkan keprihatinannya atas ketegangan regional yang meningkat. 

"Kami berbicara tentang fakta bahwa penggunaan aset militer untuk menyelesaikan sengketa adalah provokatif dan meningkatkan risiko," ujar Dempsey saat ditanya apakah Cina bersikap provokatif dalam sengketa dengan Vietnam dan apakah ia melihat risiko peningkatan konflik.

Dia mengatakan telah membicarakan soal status quo dan rencana untuk mengubahnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement