Jumat 16 May 2014 18:26 WIB

Perempuan Difabel Korban Kekerasan Seksual Belum Berani Bersuara

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Angka kasus kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas di Australia cukup tinggi.

Sayangnya mayoritas para korban tidak berani bersuara. Banyak di antara mereka mengaku tidak tahu harus kemana mengadukan kasusnya. Menyikapi kondisi ini, pekan ini diluncurkan Organisasi Riset Nasional Australia untuk Keselamatan Perempuan.

Organisasi baru ini didanai oleh Commonwealth bersama dengan negara bagian dan teritori. Secara khusus lembaga ini akan melakukan penelitian mengenai kekerasan terhadap perempuan.

Peluncuran organisasi ini berbarengan dengan dirilisnya survei komprehensif dari sejumlah pengacara kasus kekerasan terhadap perempuan. Kesimpulannya, kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan penyandang disabilitas telah berlangsung dan membayangi banyak perempuan difabel di Australia.

Survey berjudul “Suara Melawan Kekerasan” ini menyimpulkan banyak perempuan penyandang disabilitas yang menjadi korban pelecehan seksual menghadapi tantangan yang menakutkan.

Jane Rosengrave merupakan penyandang gangguan mental dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di institusi perawatan maupun panti bagi penyandang disabilitas. Dia mengaku pertama kali mengalami pelecehan seksual ketika berusia 6 tahun dan hal itu berulang lagi ketika dia berusia 13 tahun. "Dia (pelaku) melakukan pelecehan seksual kepada saya, saya tidak tahu apa yang benar dan apa yang salah, dan saya tidak memberitahu siapa-siapa karena dia memerintahkan saya untuk tutup mulut,” ungkap Rosengrave, belum lama ini.

“Dia juga mengancam saya, “Jangan bilang siapapun,” katanya, saya menurut,” tambahnya.

Rosengrave bekerja dengan tiga organisasi di Victoria yang meluncurkan laporan survey komprehensif mengenai kekerasan terhadap  perempuan disabilitas.

Dia mengaku sangat mengenali salah satu temuan kunci dalam survey ini, yaitu banyak perempuan penyandang disabilitas menjadi korban berulang.

"Ketika berusia 16 tahun, pengemudi bus biasa mengantarkan kami ke gereja. Dia sering kali memarkir bis di lokasi yang jauh, dan di lokasi itulah dia mulai melecehkan saya secara seksial dan saya terlalu takut untuk melaporkannya,” kenang Rosengrave.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement