REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Babak baru perundingan nuklir antara Iran dan enam negara berakhir pada Jumat (16/5). Perundingan yang diharapkan dapat menjadi akhir dari sengketa nuklir, yang hampir berumur satu dekade tersebut mengalami kemunduran serius.
Kedua belah pihak dikatakan mengalami pertentangan dalam beberapa isu kunci. Dalam babak baru perundingan nuklir antara Iran dan enam negara itu seharusnya penyusunan kesepakatan akhir telah dimulai. Namun, Deputi Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi mengatakan ada perbedaan paham antara dua belah pihak yang terlalu besar dan mengakibatkan terhambatnya penyusunan itu dimulai.
Araghchi tidak menjelaskan secara detail apa saja perbedaan paham kedua belah pihak yang menghambat proses penyusunan dimulai. Ia hanya mengatakan tidak ada kemajuan yang signifikan dalam babak baru perundingan yang berlangsung selama tiga hari ini. "Tidak ada kemajuan nyata dalam perundingan kali ini, kami akan melakukan perundingan kembali pada Juni," ujar Araghchi pada Jumat (16/5).
Perundingan nuklir antara Iran dan enam negara tampaknya masih akan terus berlanjut. Iran berharap kesepakatan akhir dapat selesai sebelum 20 Juli mendatang. Dengan demikian, sengketa nuklir yang selama ini terjadi dapat secepatnya berakhir.
Iran membantah program pengembangan nuklir di negaranya ditujukan untuk produksi senjata. Selama ini, banyak pihak internasional yang menuduh Iran dapat memproduksi senjata nuklir seperti bom atom. Pengembangan nuklir di Iran, dikatakan oleh mereka semata-mata ditujukan untuk membuat bahan bakar reaktor.