REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Para aktivis lingkungan mengecam dan memprotes pembunuhan massal terhadap ribuan lumba-lumba di sebuah teluk terpencil di Jepang. Para aktivis berharap gugatan yang dilayangkan pada Kamis lalu itu membawa perubahan berkurangnya perburuan berdarah lumba-lumba.
Seperti yang ditampilkan dalam film dokumenter pemenang Oscar, The Cove, ribuan lumba-lumba telah dibunuh secara kejam para nelayan setempat. Melalui film tersebut diharapkan terbangun sebuah kesadaran untuk menjaga kelestarian lumba-lumba.
''Dia (lumba albino) simbol dari ratusan ribu lumba-lumba yang telah disembelih sia-sia di Teluk itu,'' kata O'Barry seperti dikutip Reuters, Kamis (15/5).
Sebagian kritik ternyata dialamatkan juga kepada lembaga Taiji Whaling Museum. Lembaga ini telah mencegah aktivis lingkungan dan pemerhati lumba-lumba untuk masuk ke wilayahnya. Pelarangan ini sekaligus juga bentuk pelanggaran konstitusi Jepang.
Alasan utama para ahli lumba-lumba ingin mengakses ke museum adalah untuk memeriksa kondisi langka lumba-lumba albino. Lumba-lumba tersebut umumnya berumur satu tahun. Mereka ditangkap selama perburuan pada Januari lalu.
Diantara banyak lumba-lumba yang ada di dalam musem tersebut, ternyata terdapat juga lumba-lumba bernama Ric O'Barry. Lumba-lumba ini, menurut sebuah sumber, adalah salah satu bintang pada film The Cove.
Untuk itu Barry menyerukan agar lumba-lumba yang dijuluki Angel itu dapat segera dipindahkan ke luar. ''Saat ini tangki dalam ruangan tersebut gelap dan penuh sesak oleh banyaknya lumba-lumba. Kondisi ini tentunya dapat menyebabkan stres yang dapat merusak kesehatan hewan pintar tersebut,'' kata dia.
Sebelumnya kritik terhadap perburuan lumba-lumba juga sempat dilakukan Duta Besar Amerika Serikat untuk Jepang Caroline Kennedy.