REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) pada Senin (19/5) menyatakan kecemasannya atas pembelian pesawat terbang mewah baru presiden Mali senilai 40 juta dolar AS, meskipun negara miskin itu sangat bergantung pada bantuan internasional.
"Kami prihatin terhadap keputusan pembelian pesawat kepresidenan senilai 40 juta dolar AS dan penerbitan jaminan negara senilai 200 juta dolar AS untuk memungkinkan perusahaan swasta membeli persenjataan untuk tentara," kata seorang juru bicara IMF kepada AFP.
Juru bicara itu mengatakan uang untuk membeli pesawat terbang Presiden Ibrahim Boubacar Keita tidak berasal dari pendanaan darurat IMF sebesar 33 juta dolar AS yang diberikan kepada negara Afrika barat itu pada tahun lalu. Dana itu berasal dari bank swasta Mali, sebagai pinjaman .
Namun demikian, juru bicara IMF mengatakan, pembelian pesawat dan jaminan itu menggambarkan kelemahan pemerintah Mali dalam pengelolaan keuangan publik. Hal ini juga akan menunda peninjauan pertama program pinjaman baru dari IMF, yang dijadwalkan Juni, yang pada akhirnya dapat lebih membatasi keuangan pemerintah.
Di bawah program pinjaman, yang diberikan pada Desember, pemerintah telah berkomitmen untuk melaksanakan anggaran mereka sejalan dengan prioritas yang disorot dalam meningkatkan pertumbuhan mereka dan strategi pengentasan kemiskinan. "Mendapatkan informasi yang memuaskan tentang transaksi tersebut dan jaminan bahwa pemerintah masih berdiri di belakang stabilitas fiskal serta tujuan pengelolaan keuangan publik yang sehat dari pengaturan mereka dengan IMF akan memerlukan beberapa waktu," kata juru bicara itu.