REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato dalam pembukaan World Economic Forum East Asia, Filipina, Kamis (22/5). Pada kesempatan ini, Presiden SBY menyampaikan pengalaman dan upaya Indonesia dalam menghadapi masalah ketimpangan sosial.
Presiden menjelaskan, tantangan utama untuk mengatasi ketimpangan (inequality) adalah mememastikan terjadinya “mobility for all" yaitu semua golongan masyarakat, kelompok miskin dan menengah mempunyai kesempatan untuk bergerak secara social dan ekonomi seperti halnya kelompok atas.
“Cara terbaik untuk meraihnya adalah melalui pendidikan. Ini senjata terbaik memberantas kemiskinan,” kataPresiden.
Ia menjelaskan persentase kelompok miskin di perguruan tinggi di Indonesia sangat kecil dibanding kelompok menengah dan kaya. Maka, pemerintah mendorong agar sistem pembayaran pendidikan di perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkat ekonomi masing-masing siswa.
“Kita juga membebaskan biaya kuliah bagi masyarakat miskin, dan di luar itu juga memberikan biaya hidup bagi mahasiswa selama menempuh pendidikannya,” tambah Presiden.
Selain pendidikan, menurut Presiden SBY, cara lainnya dalam mengatasi ketimpangan social adalah dengan memberikan kredit mikro untuk orang miskin. Sejak 2007, lanjutnya, Indonesia telah menyalurkan kredit mikro tanpa jaminan sebesar Rp. 150 triliun kepada sekitar 11 juta pengusaha mikro dengan tingkat Non Performance Loan (NPL) hanya 4 persen.
Indonesia juga memilih jalan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan meningkatkan jumlah pengusaha, khususnya pengusaha mikro, kecil dan menengah.
“Jika Indonesia dapat menambah 3 juta pengusaha pada dekade mendatang, dan masing-masing membutuhkan 25 pekerja, maka akan ada sekitar 75 juta pekerjaan baru tercipta. Itu akan berdampak besar bagi masyarakat dan ekonomi Indonesia” katanya.