Jumat 23 May 2014 13:57 WIB

Bom Bunuh Diri di Pasar Xinjiang Dilakukan Lima Orang

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Joko Sadewo
Warga Muslim Uighur berjalan melintas di depan tentara yang berjaga di kawasan Xinjiang Cina.
Foto: AP
Warga Muslim Uighur berjalan melintas di depan tentara yang berjaga di kawasan Xinjiang Cina.

REPUBLIKA.CO.ID,  URUMQI -- Media pemerintah Cina melaporkan serangan yang terjadi di sebuah pasar pagi di Xinjiang dilakukan oleh lima pelaku bom bunuh diri.

 

Pemerintah menuduh kelompok separatis di Xinjiang yang bertanggung jawab. Para pelaku menabrakkan dua kendaraan ke pasar terbuka itu dan melemparkan bahan peledak. Sebagian besar dari 94 orang yang terluka berusia lanjut.

 

"Lima tersangka dalam serangan teroris itu meledakkan diri," demikian dilaporkan tabloid Global Times milik surat kabar resmi Partai Komunis Cina, People's Daily, Jumat (23/5).

 

Surat kabar itu mengatakan pihak berwenang sedang menyelidiki apakah ada pihak lain yang terlibat. Pihak yang berada dalam pengasingan dan sebagian besar kelompok hak asasi manusia mengatakan ketegangan dan banyaknya serangan di wilayah ini sebenarnya didorong  di Xinjiang adalah kebijakan tangan besi, termasuk  pembatasan pada Islam, budaya dan bahasa etnis minoritas Muslim Uighur.

 

Muslim Uighur telah lama mengeluhkan diskriminasi selama puluhan tahun atas etnis Han, kelompok etnis mayoritas di Cina. Diskriminasi menyebabkan ketimpangan ekonomi.

 

Warga mengatakan pasar pagi di mana serangan terjadi, sering dikunjungi etnis Han meskipun banyak penjual yang berasal dari etnis Uighur.

 

Menanggapi serangan tersebut, sejumlah pasar pagi lainnya juga ditutup. Namun, sejumlah pedagang mulai beraktivitas dekat lokasi serangan.

 

Jumat pagi, polisi memasang pembatas setinggi lutut di ujung jalan. Pembeli yang berusia lanjut dibatasi untuk membeli kebutuhan di supermarket dekat lokasi.

 

"Tentu saja kami takut. Saya masih ingat dengan jelas suara ledakan, tapi apa lagi yang bisa saya lakukan," kata perempuan penjual panekuk bernama Xie kepada AFP, dikutip dari Channel News Asia. Dia mengaku tidak memiliki pilihan lain selain kembali berjualan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement