REPUBLIKA.CO.ID, ST PETERSBURG-- Presiden Rusia Vladimir Putin, Jumat, menyatakan, wawasan kutub tunggal Amerika Serikat atas dunia gagal dan hukuman terhadap negaranya atas kemelut Ukraina akan menjadi bumerang bagi Barat.
Dalam pidato di acara niaga, yang disebut jawaban Rusia untuk Davos, Putin menetapkan rencana menghidupkan kembali perekonomian lesu negara itu, termasuk tidak terlalu bergantung pada ekspor energi.
Tapi, ia juga mencoba membedakan Amerika Serikat dengan Eropa dengan berterima kasih kepada usaha Eropa mengambil pendekatan lebih "pragmatis" atas hukuman dari perusahaan negara adidaya tersebut.
Eropa Bersatu, yang sangat bergantung pada pasokan gas Rusia, lebih enggan dari Washington dalam memaksakan hukuman berat terhadap Rusia. "Dunia berubah," kata Putin pada temu tahunan Forum Ekonomi Antarbangsa St Petersburg itu, "Wawasan kutub tungga atas dunia telah gagal."
Pejabat tinggi pemerintah di forum di kota kedua terbesar Rusia itu pada Kamis menyatakan hukuman tersebut, terutama penolakan memberi visa dan pembekuan harta pribadi serta perusahaan dekat dengan Putin, mulai berdampak berarti.
Negara ini mengarah ke resesi dan pelarian modal meningkat pada tahun ini akibat kemelut di Ukraina, termasuk penguasaan Rusia atas semenanjung Krim dari tetangganya, yang menyebabkan kebuntuan terbesar Timur-Barat sejak Perang Dingin.
Ia menegaskan janji bahwa penghasil utama minyak dan gas dunia itu tidak bergantung pada ekspor energi, yang menghasilkan sekitar 25 persen dari pendapatan kotor dalam negeri, dan menyatakan Rusia harus mendorong industri dan bank besar dalam negeri.
Putin juga mengatakan ada rencana menciptakan dana negara untuk membantu menggantikan impor dari negara Barat dengan buatan dalam negeri. "Dalam dunia modern dan saling terhubung, hukuman ekonomi sebagai tekanan politik dapat menjadi bumerang dan pada akhirnya berdampak pada usaha dan ekonomi negara pemrakarsanya," kata Putin.