REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Pemberontak di utara Mali sepakat melakukan gencatan senjata. Kata sepakat ini diambil dua hari setelah pasukan militer mengancam melakukan operasi di bagian negara itu.
Dilansir dari BBC, tiga pemberontak Tuareq yang menduduki kota utama di Kidal menandatangani kesepakatan setelah melakukan pembicaraan dengan kepala Uni Afrika Mohamed Ould Abdelaziz.
Juru bicara pemberontak juga membenarkan gencatan senjata ini. Ia mengatakan pemberontak akan tetap berada di posisinya. Dalam kesepakatan tersebut meliputi digelarnya pembicaraan kembali serta pembebasan 300 tahanan Tuareg di ibukota.
Pemerintah sendiri belum menandatangani kesepakatan.
Sekitar 20 tentara Mali tewas dalam pertempuran yang terjadi sejak Rabu lalu. Kelompok separatis telah menguasai kebanyakan wilayah di Mali utara dalam beberapa waktu belakangan ini. Kelompok Tuareg telah mengendalikan sejumlah kota di utara termasuk Menaka, Agelhok, Anefis, dan Tessalit.
Pemerintah selama ini menuduh kelompok tersebut didukung oleh jaringan al-Qaeda. Sebelumnya, pada 2012, pemberontak Tuareg di Mali utara memicu adanya kudeta militer di ibukota, Bamako.