REPUBLIKA.CO.ID, URUMQI -- Keamanan ketat diberlakukan pada Sabtu di Urumqi, ibu kota Xinjiang, Cina, dua hari setelah tanah air Muslim Uighur yang bergolak menderita serangan paling berdarah dalam beberapa tahun terakhir. Serangan menewaskan 43 orang, termasuk empat penyerang.
Polisi paramiliter bersenjata berpatroli di banyak lokasi di seluruh kota, setelah penyerang dalam dua kendaraan menabrak pembeli dan pedagang serta melemparkan bahan-bahan peledak di satu pasar jalanan pada Kamis.
Media pemerintah mengatakan pada Jumat malam bahwa Xinjiang telah meluncurkan setahun kampanye melawan kekerasan teroris saat rincian tersangka yang terlibat dengan serangan telah dibebaskan.
''Empat dari mereka meninggal di tempat kejadian,'' kata kantor berita Xinhua. Sementara, lainnya ditangkap di Bayingolin, satu prefektur besar selatan Urumqi.
''Orang-orang mengambil bagian dalam serangan teroris Kamis yang menewaskan 39 orang yang tidak bersalah dan melukai 94 lainnya," kata Xinhua membuat jelas bahwa tersangka tidak termasuk dalam angka korban tewas.
''Kampanye setahun terhadap teroris dan kelompok-kelompok garis keras agama akan menargetkan sarang-sarang senjata dan manufaktur peledak serta pelatihan kamp teroris," kata media pemerintah.
Pihaknya meluncurkan lebih dari 1.000 personil militer dan polisi mengadakan pelatihan di seluruh jalan-jalan Urumqi, Jumat, dalam acara menantang kekuatan.
Beijing menjelaskan serangan pasar itu sebagai "insiden terparah teroris" terbaru untuk memukul wilayah barat jauh tersebut.