REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Narendra Modi akan dilantik sebagai perdana menteri India, Senin (26/5). Pimpinan pro-bisnis itu pun sudah memberi sinyal kuat untuk memotong kabinetnya dan menyambut rekannya Pakistan dalam upacara tersebut.
Setelah satu dekade di bawah kekuasaan partai beraliran kiri, Kongres, nasionalis Hindu berusia 63 tahun itu siap untuk membawa India ke jalur yang benar dalam lima tahun ke depan, berbekal amanat kuat setelah kemenangan telak dalam pemilu.
Kabinet baru Modi diperkirakan akan diumumkan menjelang pelantikannya pada pukul 18.00 waktu setempat. Ia mengindikasikan dalam pernyataan Ahad malam bahwa jumlah kementerian akan berkurang drastis.
"Menjaga komitmen kami "Pemerintah Minimum, Tata Kelola Maksimum", kami membuat perubahan positif dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam formasi kementerian," katanya dalam akun Twitter resminya.
Undangan untuk Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif dianggap sebagai tanda damai kepada negara tetangga Muslim India dan menandakan pertama kalinya seorang pimpinan dari negara lain menghadiri pelantikan rekannya sejak merdeka pada 1947.
Sharif yang memuji "kemenangan mengesankan" Modi, menerima undangan yang diperluas ke semua kepala pemerintahan dari Perhimpunan Kerja Sama Regional Asia Selatan (SAARC), di mana Pakistan termasuk di dalamnya.
Pimpinan bangsa lainnya yang ikut menghadiri upacara pelantikan Modi antara lain Presiden Afganistan Hamid Karzai, Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse dan Perdana Menteri Nepal Sushil Koirala.
Modi akan mengadakan pembicaraan bilateral dengan Sharif pada Selasa dengan harapan keduanya bisa mencairkan hubungan. India dan Pakistan terlibat dalam tiga perang sejak kemerdekaan pada 1947 dan hubungan keduanya rusak setelah serangan oleh pria bersenjata Pakistan pada 2008 di Mumbai yang menewaskan 166 orang.
Narendra Modi, anak dari seorang pemilik toko teh, berhasil meraup suara mayoritas dalam pemilu selama 30 tahun, mengalahkan partai penuh skandal Kongres dengan janji untuk menghidupkan kembali produksi dan investasi guna menciptakan jutaan mata pencaharian.
Janjinya untuk merombak perekonomian yang lesu memenangkan hati pemilih, beserta kisah hidup dan reputasinya sebagai kepala menteri yang bersih dan efisien di negara bagian kaya, Gujarat.
Meski demikian, kritikus mengklaim Modi akan lebih mendukung mayoritas Hindu dengan mengorbankan 150 juta muslim dan kaum minoritas lainnya, tapi peringatan tersebut tidak berhasil merusak citranya.
Banyak Muslim yang tetap sangat mencurigai Modi, yang tercemar atas kerusuhan komunal di Gujarat pada 2002 dan menewaskan lebih dari 1.000 orang, kebanyakan muslim. Ia menyangkal telah gagal menghentikan pertumpahan darah dan pengadilan memutuskan ia tidak punya kasus untuk dijawab.