Selasa 27 May 2014 20:21 WIB

Dipicu Pembeli Asing, Harga Properti Australia Meningkat Tajam

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY  -- Harga properti di sejumlah kota besar Australia meningkat tajam. Kondisi ini karena dipengaruhi permintaan yang juga naik dari para investor asing, khususnya China. Tak hanya itu, bunga pinjaman yang ditawarkan pun kini relatif rendah.

Harga rata-rata rumah di Sydney dan Melbourne meningkat sekitar sepertiga dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan survei terakhir yang dilakukan RP Data dan Rismark, harga rata-rata rumah di Sydney telah mencapai lebih dari 8 miliar rupiahnya, tepatnya 824 ribu dolar Australia.

Sementara harga di Melbourne berada mencapai 7 miliar rupiah, dan di Brisbane telah mencapai lebih dari 5 miliar rupiah. Bisa dikatakan harga rumah kini mencapai rekor baru, dan menyebabkan kekhawatiran akan terjadinya 'bubble', atau saat harga terlalu mahal dan tak terjangkau lagi.

Pendapatan para pekerja di Australia tidak lagi sebanding dengan kenaikan harga, sehingga pasar properti di Australia lebih terbuka bagi para investor asing.

Menurut laporan Credit Suisse, para investor dari China kini telah menghabiskan lebih dari 53 trilin rupiah setiap tahunnya untuk membeli perumahan.

Direktur Eksekutif dari agen perumahan McGrath, John McGrath mengatakan daya tarik investor China untuk membeli properti di Australia saat ini sangat menakjubkan.

"Para pembeli dari China sudah lama berada di Australia, tetapi lonjakan aktivitas dalam dua belas bulan terakhir belum pernah terjadi sebelumnya," jelas McGrath, belum lama ini.

Ada kekhawatiran minat asing dalam pasar properti Australia telah mendorong harga menjadi naik, sehingga menyulitkan bagi warga lokal yang ingin membeli rumah pertama kalinya.

Studi baru-baru ini yang dilakukan oleh kelompok riset properti Knight Frank, menempatkan Australia di posisi kelima di antara pasar perumahan paling mahal di dunia.

Pasar properti dianggap bernilai ketika pendapatan lokal cukup tinggi untuk membeli atau menyewa properti. Dengan ukuran ini, Australia berada di bawah Norwegia, Kanada, Belgia dan Selandia Baru.

Ekonom senior dari Australian Property Monitors, Dr Andrew Wilson mengatakan pertumbuhan pasar properti di sejumlah kota-kota besar di Australia saat ini tidak dapat berlanjut.

"Kita mulai melihat tanda-tanda awal dari tidak terjangkaunya di pasaran," ujar Wilson. "Harga di Sydney sudah sangat mahal dan 12 bulan terakhir"

Ikuti Kompetisi Belajar Bahasa Inggris di Australia - Klik tautan berikut: https://apps.facebook.com/australiaplus

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement