REPUBLIKA.CO.ID, Paus Francis Senin mengatakan bahwa dia akan menggelar pertemuan pertama dengan sekelompok korban pelecehan seksual di Vatikan pada awal bulan depan. Ia berjanji tidak akan mengampuni semua orang di Gereja Katolik yang melecehkan anak-anak.
"Pelecehan seksual adalah kejahatan yang mengerikan karena seorang pendeta yang melakukan hal tersebut telah mengkhianati Tuhan. Tindakan tersebut seperti misa para setan," kata Paus.
"Kami harus menangani hal ini tanpa sedikitpun toleransi," kata Paus sambil menambahkan bahwa tiga Uskup sedang diperiksa terkait kasus pelecehan seksual.
Di pesawat yang membawa dia pulang ke Vatikan setelah kunjungan ke Timur Tengah, Paus berbincang selama satu jam dengan sejumlah wartawan. Dia nampak masih segar meski telah menjalani tiga hari perjalanan sibuk.
Pria berusia 77 tahun itu menjawab sejumlah pertanyaan dengan beragam topik, termasuk di antaranya mengenai keuangan di Vatikan, pilihan hidup selibat bagi pastur, isu lingkungan hidup dan pertanyaan apakah dia akan pensiun seperti pendahulunya Paus Benedict XVI.
Selama kunjungannya ke Timur Tengah, dia sempat mengundang Presiden Israel Shimon Peres dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas ke Vatikan pada bulan depan. Dia mengatakan bahwa undangan tersebut bukan bertujuan untuk memediasi dua pihak melainkan untuk melakukan doa bersama yang diharapkan dapat mendorong proses perdamaian yang terus gagal.
Paus juga mengatakan bahwa para pastur sebaiknya hidup selibat meskipun di sisi lain juga menekankan bahwa ajaran tersebut bukan merupakan dogma yang tidak bisa dirubah. Paus juga mengatakan bahwa para korban pelecehan seksual, beberapa di antaranya berasal dari Eropa, akan menghadiri Misa pagi dan kemudian bertemu dengannya.
Pertemuan tersebut merupakan yang pertama sejak dia terpilih pada Maret 2013 lalu. Sampai saat ini, belum jelas sikap Paus terhadap para Uskup yang menutup mata terhadap pelecehan seksual yang dilakukan oleh sejumlah pendeta yang berada di bawah kewenangannya.
Sebagian besar kasus pelecehan tersebut terjadi beberapa dekade yang lalu namun baru muncul pada 15 tahun terakhir. Para Uskup justru berusaha melindungi pelaku dengan memindahkannya ke wilayah lain dan tidak menyerahkan mereka ke pihak kepolisian.
Kelompok korban menekan Vatikan untuk menghukum para Uskup yang melindungi pelaku. Pada Februari lalu, Komisi Perlindungan Anak PBB menuduh Vatikan telah dengan sistematis menutup mata terhadap kasus pelecehan seksual di gereja dan berusaha menutupinya. Sementara Vatikan menyebut laporan PBB tersebut tidak adil.