Selasa 27 May 2014 20:24 WIB

Pensiunan Jenderal Sebut PM Libya Baru Tidak Sah

Rep: C66/ Red: Djibril Muhammad
Libya
Foto: [ist]
Libya

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Pensiunan Jenderal Libya, Khalifa Haftar menyatakan jika pelantikan Perdana Menteri baru Libya tidak sah. Hal ini ia katakan, sehari setelah Parlemen Libya melantik Ahmed Maiteeq sebagai Perdana Menteri, Senin (26/5).

Haftar, pensiunan jenderal sekaligus kepala kelompok tentara nasional (LNA) menilai Perdana Menteri yang baru tidak akan mampu memulihkan stabilitas Libya. Stabilitas ini terutama pada keamanan Libya, yang menurut Haftar, terancam aksi teroris, yang juga dapat mempengaruhi produksi minyak.

Maiteeq dinilai tidak dapat memulihkan keadaan yang tengah tidak stabil karena ia berasal dari kalangan pengusaha. Haftar mengatakan pemimpin dari kalangan militer sangat dibutuhkan Libya yang terutama menghadapi ancaman teroris.

"Pemimpin yang berasal dari militer akan mampu memulihkan stabilitas Libya yang berada dalam ancaman besar," ujar Haftar seperti yang dikutip dari Al Jazeera, Senin (26/5).

Haftar juga mengatakan ia tidak memiliki ambisi untuk menggantikan Maiteeq. Ia menyatakan hanya menginginkan agar Libya bersih dari kelompok-kelompok teroris, sehingga rakyat dapat hidup dengan tenang dan aman.

Sebelumnya, saat terpilih sebagai Perdana Menteri Libya yang baru, Ahmad Maiteeq menyatakan dirinya siap memerangi teroris. Maiteeq juga siap bekerjasama dengan Haftar karena saat ini ia ingin fokus pada pemberantasan teroris yang menjadi tujuan dari pensiunan jenderal tersebut.

Menanggapi hal ini, Haftar mengatakan jika dirinya tidak menutup kemungkinan untuk bekerjasama dengan Maiteeq. "Kami terbuka untuk berbicara dengan siapa saja yang dapat membela bangsa," ujar Haftar seperti yang dikutip dari Al Jazeera, Senin (26/5).

Selain itu, Haftar juga meminta penudaan pemilihan parlemen yang rencananya digelar pada 25 Juni mendatang. Ia menilai pemilihan parlemen sangat tidak tepat dilakukan mengingat keadaan Libya yang tengah tidak stabil.

"Kami mendukung pemilu diselenggarakan, namun waktunya harus tepat," ujar Haftar menjelaskan.

Sementara itu, menanggapi sejumlah serangan yang kelompok LNA lakukan untuk membersihkan Libya dari kelompok yang ia tuding sebagai teroris, Haftar mengatakan akan melangsungkan hal itu selama tiga bulan. Namun, Haftar menolak untuk memberi rincian di wilayah mana saja kelompok dan sekutunya melakukan hal itu.

Negara-negara barat mengkhawatirkan tindakan Haftar ini akan melahirkan kelompok oposisi yang baru. Negara tetangga Libya juga khawatir jika hal ini akan semakin mendorong Libya pada ketidakstabilan.

Saat ini, LNA yang dipimpin oleh Haftar telah mempunyai banyak sekutu yang mendukung. Beberapa unit militer dan pejabat senior militer di Libya telah menyatakan siap membantu LNA untuk mengusir kelompok-kelompok yang dituding sebagai teroris dan juga penganut islam garis keras.

sumber : Reuters, Al Jazeera
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement