REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA -- Investor asing terus memandang Polandia sebagai lokasi paling menarik untuk proyek-proyek baru di Eropa Tengah dan Timur, menurut survei daya tarik Eropa terbaru Ernst & Young.
Pada 2013 Polandia berada di posisi ketiga di Eropa dalam hal lapangan pekerjaan yang diciptakan berkat investasi asing langsung (FDI), menurut laporan ke-12 perusahaan konsultan Ernst & Young (E&Y) yang disajikan pada Selasa di Badan Penanaman Modal Asing Polandia di Warsawa.
Sejauh daya tarik investasi di Eropa bagian tengah, Polandia datang di urutan pertama dengan 31 persen responden mengatakan itu adalah lokasi terbaik untuk proyek-proyek baru, diikuti oleh Republik Ceko di tempat kedua (11 persen) dan Rumania di posisi ketiga (sembilan persen).
Citra negara, tingkat kepercayaan, persepsi negara tertentu dan kapasitasnya untuk memastikan kondisi yang baik untuk pengembangan FDI adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan.
"Hari ini para investor datang ke Polandia karena kami dapat melakukan pekerjaan yang bersyarat kualifikasi tinggi dan membuat produk canggih " kata Wakil Menteri Ekonomi Ilona Antoniszyn-Klik berkomentar.
Polandia menarik 107 investasi asing baru pada 2013, menempatkan negara itu di peringkat ke-10 di Eropa. Dalam hal lapangan pekerjaan baru yang dihasilkan, Polandia mempertahankan tempat ketiga di Eropa yang diikuti oleh Inggris dan Prancis.
FDI di Polandia pada 2013 menghasilkan 13.862 pekerjaan, naik enam persen dari tahun sebelumnya. Di Eropa secara keseluruhan, lapangan pekerjaan yang dihasilkan FDI turun dua persen.
Polandia menjadi yang terbaik di Uni Eropa dan kedua di Eropa, setelah Serbia, dalam hal ukuran proyek, dengan satu investasi asing di Polandia menghasilkan rata-rata 130 pekerjaan (Serbia - di atas 190 pekerjaan per proyek). Lebih dari setengah dari proyek FDI di Polandia berada di industri, terutama sektor otomotif dan plastik, menurut E&Y.
Survei E&Y dilakukan pada antara akhir Januari dan awal Februari 2014 terhadap sekitar 800 pembuat keputusan dari perusahaan-perusahaan multinasional.
Ikuti Whatsapp Channel Republika