REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Ahli virus mengatakan hingga saat ini MERS tidak terlalu menyebar seperti SARS. Alasannya, karena menimbulkan batu-batuk kecil.Sebaliknya, SARS memiliki gejala bersin-bersin, sehingga menyebar lebih mudah.
Tetapi virus MERS dianggap lebih mematikan dibandingkan SARS. Gejalanya seperti demam, batuk-batuk, dan sesak nafas. Laju kematian akibat virus ini mencapai 40 persen.
Virus SARS pernah masuk ke Australia, dengan ditemukan satu kasus dan itu pun tidak fatal. Disebutkan pula kalau virus MERS lebih berkembang agresif jika dibandingkan SARS.
Sementara itu, para dokter menyatakan mereka hanya bisa mempelajari kasusnya jika sudah ada di rumah sakit. Menurut mereka pun ada kemungkinan orang-orang terpapar virus tanpa gejala apapun. Banyak kasus terjadi di antara pada pengembala unta dan mereka yang berkunjung ke peternakan unta, atau juga menkonsumsi susu unta yang belum melalui proses pasterisasi.
Dalam beberapa kasus, virus telah menyebar antar manusia melalui kontak yang sangat dekat, misalnya tinggal bersama orang yang terpapar virus. Tetapi, tak ada bukti mengenai penyebaran virus MERS langsung di antara komunitas.
Badan Kesehatan Dunia, WHO mengatakan MERS ini bukan keadaan darurat kesehatan masyrakat mengingat rendahnya penyebaran langsung dari manusia ke manusia. WHO mengatakan itu bukan keadaan darurat kesehatan masyarakat mengingat kurangnya berkelanjutan penularan dari manusia ke manusia.
Di Australia, dokter-dokter telah diingatkan untuk melihat mereka yang baru pulang berpergian, kalau-kalau memiliki gejala MERS.