Jumat 30 May 2014 18:52 WIB

Dua Universitas di Perth Ringankan Beban Utang Mahasiswa

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Universitas Murdoch dan Universitas Edith Cowan di Perth, Australia Barat sepakat memberikan keringanan biaya kuliaah bagi para mahasiswanya. Caranya, kedua kampus merencanakan perubahan sistem pembayaran uang kuliah tidak akan mempengaruhi mahasiswanya yang mendaftar di semester kedua tahun ini. Pelaksanaan semester kedua akan dimulai bulan Juli mendatang.

Profesor Ann Capling, petugas administratif Murdoch University, mengaku, keputusan pemberian keringanan biaya kuliah itu akan merugikan universitasnya sebesar jutaan dollar. Namun, pihaknya merasa keputusan itu benar dari segi moral. "Tak adil meminta mahasiswa yang mulai belajar bulan Juli tahun ini untuk berkomitmen pada sebuah program studi, sedangkan mereka sama sekali tak tahu berapa biayanya," jelas Capling pada stasiun radio 720 ABC Perth, baru-baru ini.

"Kami merasa memiliki kewajiban moral untuk berjanji pada mahasiswa bahwa pembiayaan saat ini akan berlaku untuk mereka hingga mereka menyelesaikan studi," katanya.

Pemerintah Australia telah mengumumkan rencana mengubah cara mahasiswa membayar uang kuliah mereka.Dalam perubahan tersebut, mulai tahun 2016 universitas bisa menentukan sendiri biaya pendidikan di kampusnya masing-masing.

Selain itu, bunga pinjaman untuk mahasiswa di bawah skema bantuan dan pinjaman pendidikan tinggi HECS/HELP akan merefleksikan biaya pinjaman pemerintah. Sebelumnya pinjaman ditentukan berdasarkan indeks harga konsumen (CPI). Perubahan bunga ini juga akan berlaku untuk hutang mereka yang sudah lulus.

Menurut Profesor Capling, perubahan-perubahan yang akan terjadi bersifat kompleks dan luas. Universitasnya berencana melakukan petisi menolak beberapa perubahan tersebut.

"Aspek-aspek yang paling menyulitkan dari perubahan ini adalah perubahan terhadap HECS, dan kemungkinan bahwa para mahasiswa akan terbebani hutang yang makin tinggi tingkatnya," kata Prof Capling.

"Para mahasiswa tak akan tahu seberapa banyak hutang mereka nanti setelah menamatkan pendidikan mereka, dan hutang akan makin menumpuk seiring waktu," tambahnya.

Prof Capling berkata bahwa perubahan-perubahan ini juga akan mempengaruhi jumlah mereka yang mendaftar masuk, namun sulit melihat dampaknya saat ini.

"Ada bagian-bagian dari paket ini, terutama yang membebani mahasiswa dengan tingkat hutang yang belum diketahui tingkatnya, sangatlah problematik, dan bertentangan dengan komitmen Australia sejak dulu untuk menjadikan pendidikan terjangkau untuk sebagian besar masyarakat," katanya.

Ada juga pendengar radio yang tidak setuju dengan pendapat ini.

"Saya tak percaya pendidikan saya harus dibayar orang lain, selain saya. Saya tak pernah sedih karena saya dahulu merupakan salah satu yang pertama kali membayar hutang. Orang Australia membayar pajak dalam jumlah banyak, dan kita memiliki sistem sekolah yang didanai pembayar pajak secara bagus sekali. Silahkan belajar di universitas dan ambillah manfaatnya, tapi bayar dengan uang anda sendiri", bunyi SMS dari Chas, salah seorang pendengar Radio 720 ABC Perth.

Ikuti Kompetisi Belajar Bahasa Inggris di Australia gratis - Klik tautan berikut: https://apps.facebook.com/australiaplus

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement