Sabtu 31 May 2014 18:01 WIB

PBB Kecam Aksi Saling Serang di Afrika Tengah

Militan Kristen Antibalak yang terlibat perseteruan dengan militan Islam, Seleka, di Republik Afrika Tengah.
Foto: Reuters/Goran Tomasevic
Militan Kristen Antibalak yang terlibat perseteruan dengan militan Islam, Seleka, di Republik Afrika Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa Jumat mengecam serentetan terbaru serangan-serangan di Ibu kota Republik Afrika Tengah. PBB mendesak segera diakhirinya pertumpahan darah.

Dalam satu pernyataan bulat, panel 15-anggota menuntut bahwa semua milisi dan kelompok-kelompok bersenjata serta unsur-unsur menyisihkan senjata mereka.

Mereka diminta menghentikan segala bentuk kekerasan dan kegiatan pengacauan segera dalam rangka mengakhiri siklus kekerasan dan pembalasan.

Satu serangan Rabu di gereja Notre Dame de Fatima di ibu kota Bangui --di mana sekitar 9.000 orang pengungsi berlindung-- menewaskan sedikitnya 17 orang. ''Sementara, sebanyak 27 orang lainnya diculik,'' menurut badan pengungsi PBB.

Afrika Tengah telah didera oleh serangan saling balas-dendam tanpa henti antara kelompok Kristen dan kelompok gerilyawan mantan-Seleka terutama Muslim yang merebut kekuasaan dalam kudeta yang berakhir pada Januari.

Dalam pernyataannya, Dewan Keamanan mengatakan pemerintah transisi memiliki tanggung jawab utama untuk melindungi warga sipil dan mendorong mereka untuk mengambil tindakan yang diperlukan guna mencegah kekerasan lebih lanjut di ibu kota dan di seluruh negeri.

Panel menyerukan proses percepatan politik dan rekonsiliasi nasional dalam rangka meletakkan dasar untuk mengakhiri kekerasan. PBB mendesak pemerintah transisi untuk mengambil langkah-langkah konkret ke arah ini."

Dewan juga meminta negara-negara anggota PBB serta organisasi-organisasi regional dan internasional untuk meningkatkan kontribusi mereka dalam hal pasukan, pendanaan dan dukungan logistik untuk pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika MISCA.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement