Ahad 01 Jun 2014 02:30 WIB

ACT Kirim Relawan ke Afrika Tengah

Aksi solidaritas bagi Afrika Tengah
Foto: Antara
Aksi solidaritas bagi Afrika Tengah

JAKARTA -- Lembaga sosial "Aksi Cepat Tanggap" (ACT) mengirimkan tim kemanusiaan pada Jumat (30/5) malam ke Republik Afrika Tengah yang ditujukan untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan di negara yang sedang dilanda konflik itu.

"Tim 'Global Humanitarian Response' (GHR) ACT melakukan pengumpulan informasi sekaligus mendistribusikan bantuan untuk pengungsi. Semua bantuan itu tergantung kebutuhan pengungsi di sana," kata Ketua Tim GHR ACT Yusnirsyah Sirin dalam keterangan tertulis, Ahad (1/6).

Yusnirsyah mengatakan timnya memfokuskan kawasan pengungsi di negara Chad, selain negara-negara tetangga Afrika Tengah lainnya, menilik di area tersebut merupakan tempat yang paling banyak dituju pengungsi dari Afrika Tengah.

"Fokus utama tim GHR akan di Chad karena pengungsi Afrika Tengah paling banyak ada di negara tersebut. Sampai saat ini kondisi pengungsi di Afrika Tengah makin memprihatinkan," kata dia.

Tim GHR ACT, kata dia, akan melintasi sejumlah perbatasan guna membantu para pengungsi korban kemanusiaan di bagian tengah Benua Afrika tersebut. "Dari Turki menuju ke Kamerun, terus ke Chad dan terakhir di Afrika Tengah," kata Yusnirsyah.

Dia berharap agat misi yang dipimpinnya itu dapat berlangsung dengan sukses. "Mohon doa agar ACT diberi kekuatan dan kelancaran dalam menyalurkan bantuan donatur sebagai solusi bagi korban bencana kelaparan, kemiskinan dan kezoliman di penjuru dunia. Mari bersama memberi bantuan terbaik kita, saat ini juga demi menyelamatkan nyawa saudara kita," kata dia.

Sementara itu, Presiden ACT Ahyudin mengungkapkan peningkatan krisis kemanusiaan global telah menjadi bahan perbincangan dan pernyataan sikap badan dunia termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun, hal itu masih belum cukup.

"Sikap dalam bentuk statemen belum sukses mengerem laju penderitaan Muslim di berbagai negara. Perlu sikap lebih tegas dari elemen kemanusiaan dunia."

"Sebagai negeri berpenduduk Muslim terbesar dunia, bangsa Indonesia tentu tidak berlebihan jika mengajak seluruh dunia peduli. Jangan sampai dunia basa-basi apalagi tak bersikap tegas karena penyandang krisis kemanusiaan itu masyarakat Muslim juga. Mari kita raih kemuliaan dengan cara memuliakan orang yang menderita, di mana pun dan apa pun agamanya," katanya.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement