REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Negara-negara Asia menghadapi lima tantangan besar perekonomian di masa depan. Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut tantangan-tantangan itu berdampak pada kelanjutan pertumbuhan ekonomi, baik individu negara-negara maupun Asia sebagai komunitas besar global.
Kelima tantangan itu, seperti dirilis IMF, Ahad (1/6), adalah jebakan pendapatan kelas menengah, situasi tata kelola dan institusi ekonomi, populasi senior (orang tua) semakin banyak, ketimpangan terus tinggi, dan pengembangan sektor keuangan. "Jika mampu atasi ini, ekonomi Asia akan cemerlang," kata Direktur IMF Asia Changyong Rhee.
Seperti dilansir Reuters, IMF memprediksi perekonomian Asia akan melewati dua benua besar (AS dan Eropa) kalaupun digabung dalam waktu kurang dari dua dekade. Abad ke-21, menurut IMF, akan menjadi "Abad Asia" di mana kiprah mereka jauh lebih dominan dibandingkan periode sebelumnya.
Yang terpenting saat ini, Rhee mengatakan negara-negara Asia harus mampu menciptakan kebijakan yang tepat untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut. Reformasi struktural merupakan salah satu resep yang diberikan IMF kepada negara-negara Asia untuk berhadapan dengan situasi ini.
Reformasi struktural meliputi pengetatan fiskal seperti pencabutan subsidi bahan bakar dan energi, kemudahan berbisnis, pasar keuangan yang semakin terbuka, kualitas sumber daya manusia diperbaiki, hingga pengelolaan moneter yang prudent.
Saat ini, ada 700 juta warga Asia hidup dalam kemiskinan atau hampir 65 persen populasi miskin di dunia. Penghasilan mereka untuk hidup tak lebih dari 1,25 dolar AS per hari dan kelompok ini terus terpuruk dengan jebakan pendapatan.