Selasa 03 Jun 2014 07:19 WIB

Malaysia Airlines Lakukan Efisiensi Biaya Hadapi Krisis

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Muhammad Hafil
Malaysia Airlines
Malaysia Airlines

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Maskapai penerbangan Malaysia Airlines mengalami krisis terbesar dalam sejarah 40 tahun terakhir menurut pernyataan seorang eksekutif senior perusahaan. Oleh sebabnya, perusahaan akan melakukan efisiensi dengan memotong sejumlah biaya untuk bertahan dari krisis.

Krisis yang dialami Malaysia Airlines menyusul peristiwa besar hilangnya salah satu pesawat mereka, MH-370 secara misterius. Pesawat yang membawa 239 penumpang dan awak itu lenyap dari radar pada 8 Maret lalu, tak lama setelah lepas landas dari Kuala Lumpur menuju Beijing.

Sebelumnya, manajemen perusahaan berharap mereka bisa meraup keuntungan besar pada 2014, mengingat selama tiga tahun terakhir perusahaan konsisten mencatat kerugian. Malaysia Airlines mencatat rugi mencapai 138 juta dolar AS per 31 Maret 2014.

Direktur Operasi dan Penerbangan Komersial Malaysia Airlines, Hugh Dunleavy mengatakan kuartal kedua tahun ini merupakan tantangan berat. Maskapai akan melakukan segala cara supaya bisa mencapai kembali titik keseimbangan finansial perusahaan pada 2015.

"Setiap divisi di maskapai ini harus bersikap sangat hati-hati," ujar Dunleavy di sela pertemuan tahunan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) di Doha, Qatar, dilansir dari Reuters, Selasa (3/6).

Dunleavy menolak berkomentar tentang sejumlah pihak yang menyarankan Malaysia Airline diambil oleh swasta atau menjual salah satu bisnis engineeringnya.

Pada 15 Juni nanti, Malaysia Airline akan mempensiunkan pesawat Boeing 737-400 miliknya yang sudah tua. Mereka akan menggantinya total dengan Boeing 737-800 yang memiliki level efisiensi bahan bakar yang lebih tinggi dan biaya pemeliharaan yang lebih rendah.

Perusahaan juga berencana untuk memesan sejumlah pesawat baru, termasuk Airbus A330s and A350 sebelum peristiwa hilangnya MH-370 terjadi. Rencana ini kemudian ditunda, meskipun maskapai ini sebetulnya bisa menggunakan sistem sewa untuk mengganti pesawat-pesawat tuanya. 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement