REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH-- Kondisi rawan pangan di Palestina tetap berada pada tingkat tinggi dan 1,6 juta orang menghadapi kondisi itu, demikian satu survei yang dilakukan oleh Biro Statistik Pusat Palestina (PCBS) dan beberapa lembaga PBB.
Menurut laporan tersebut, tingkat rawan pangan di Jalur Gaza tetap berada pada angka 57 persen, sementara di Tepi Barat Sungai Jordan, tingkat itu berada pada posisi 19 persen, keduanya tak berubah dari tingkat 2012.
Survei itu dilakukan oleh PCBS, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Lembaga Pekerjaan dan Bantuan PBB buat Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) serta Program Pangan Dunia (WFP).
Tingkat rawan pangan yang tinggi pada 2012 dan 2013 memutar-balikan perbaikan yang terjadi selama masa 2009-2011, ketika seluruh kondisi rawan pangan di Palestina turun jadi 27 persen, kata laporan tersebut.
"Walaupun pengungsi di Tepi Barat mengalami peningkatan situasi rawan pangan mereka (dari 23 jadi 20 persen), angka rawan pangan tetap lebih tinggi bagi pengungsi dibandingkan dengan non-pengungsi, masing-masing pada angka 20 persen dan 19 persen," ungkap survei itu, sebagaimana dikutip Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam.
Hasil survei tersebut memperlihatkan angka rawan pangan di kamp pengungsi Tepi Barat tetap lebih tinggi dibandingkan dengan tingkatnya di daerah pedesaan dan perkotaan.
Di Jalur Gaza, pengungsi terus melaporkan tingkat rawan pangan yang lebih rendah dibandingkan dengan kondisi non-pengungsi --54 persen dibandingkan dengan 63 persen bagi non-pengungsi-- karena bantuan yang diberikan oleh PBB dan lembaga lain.
Studi itu juga mendapati kondisi rawan pangan di Palestina disebabkan oleh tinginya angka kemiskinan akibat pengangguran, yang sebagian disebabkan oleh pembatasan gerakan dan akses oleh Israel, serta tingginya harga pangan dan guncangan ekonomi.
Angka tersebut menunjukkan bahwa blokade atas Jalur Gaza sejak 2007 terus mencekik ekonomi lokal dan menghalangi pemulihan yang berarti kebanyakan sektor produktif. Survei itu menyimpulkan tingginya angka rawan pangan di Palestina bertepatan dengan penurunan dana yang terjadi buat program penting PBB seperti pangan dan pertanian.