REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS– Negara-negara terkemuka dalam dunia industri yang tergabung dalam G7 mengancam sanksi baru untuk Rusia, Rabu (5/6). Negara G7 melakukan pertemuan di Brussels selama dua hari untuk membahas permasalahan utama dunia, termasuk krisis Ukraina.
Dalam pertemuan tersebut, mereka mengeluarkan pernyataan bersama untuk mengambil langkah lebih jauh jika Rusia tetap melanggar kedaulatan Ukraina. ‘’Kami siap untuk mengintensifkan sanksi serta mempertimbangkan langkah-langkah pembatasan tambahan untuk Rusia jika hal itu diperlukan,’’ tertulis dalam pernyataan setelah pembicaraan sesi malam.
Dikutip dari Reuters, Kanselir Jerman, Angela Merkel mengatakan negara-negara barat akan terus mengawasi tindakan Rusia di Ukraina. Ia mengatakan G7 tak bisa lagi melihat destabilisasi di negara ex soviet tersebut. Sehingga sanksi yang lebih berat sangat mungkin diterapkan, terutama dalam pembatasan perdagangan, keuangan dan energi.
Sejauh ini, Amerika Serikat dan Uni Eropa telah memberlakukan sanksi berupa larangan perjalanan dan pembekuan aset pada puluhan pejabat Rusia atas tindakan Moskow menganeksasi Crimea. Rusia juga ‘dikeluarkan’ dari kelompok negara-negara industri G8.
Beberapa waktu lalu, Rusia diancam sanksi jika mempengaruhi jalannya pemilihan presiden Ukraina pada 25 Mei. Namun pemilu berjalan lancar dan mendaulat Petro Poroshenko sebagai presiden baru yang akan dilantik pada Sabtu mendatang.
Pengamat menilai telah muncul berbagai indikasi Rusia menjadi lebih kooperatif untuk mencegah ancaman sanksi lebih lanjut. Namun, G7 mengakui mereka belum puas jika situasi di Ukraina, khususnya di bagian timur belum reda.
Belakangan, timur Ukraina terus bergejolak. Usai terpilihnya Poroshenko, pertempuran tak berjeda terus terjadi antara separatis pro Rusia dan pasukan pemerintah Kiev di perbatasan kota Luhansk dan Slovyansk. Dikutip dari New York Times, pada Rabu pasukan penjaga perbatasan meninggalkan pos.