REPUBLIKA.CO.ID, MELRBOURNE -- Universitas Melbourne di Australia berencana memangkas 540 posisi administratif sebagai bagian dari program penghematan 70 juta dolar. Kabar pemutusan kerja ini diterima staf Universitas pada 5 Juni.
Pemotongan jumlah karyawan tak mencakup staf akademik seperti dosen.
Wakil Rektor Universitas Melbourne, Profesor Glyn Davis mengatakan, “Bukan hal mudah untuk menyampaikan atau mendengar kabar bahwa kampus harus melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja. Kami berharap bisa meminimalisasi dampak yang akan diterima staf mengingat kampus ini telah mempekerjakan 635 orang baru, untuk menggantikan mereka yang pergi, pada tahun lalu, dan 580 orang pada tahun sebelumnya.”
Perubahan struktural ini adalah bagian dari Program Pengembangan Bisnis Universitas. Konsekuensinya, sejumlah layanan penunjang akademik akan dipusatkan atau di-otomatisasi. Universitas Melbourne akan mulai melakukan pemberhentian kerja pada 1 Januari 2016.
Sekretaris Serikat Pekerja Pendidikan Tinggi Nasional wilayah negara bagian Victoria, Colin Long, menyebut bahwa pemotongan kerja tesebut berarti para mahasiswa akan membayar lebih besar dan mendapat lebih sedikit layanan.
“Kami memikirkan 50% layanan penunjang mahasiswa yang akan diberikan secara online. Sehingga mahasiswa seringkali tak akan mampu berbicara langsung kepada staf kampus selama proses pendaftaran,” urainya, baru-baru ini.
Colin mengungkapkan, Universitas Melbourne bukanlah kampus pertama yang menerapkan kebijakan pemotongan kerja.