Jumat 06 Jun 2014 19:07 WIB

Alasan Mengapa Imigran Jatuh Cinta pada Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, BRISBANE --  Terhitung mulai Sabtu (07/06, esok-red), sebanyak 500 orang akan menjadi warga negara Australia pada sebuah upacara di Brisbane.

Empat dari para calon warganegara Australia itu berbicara kepada ABC tentang alasan mengapa mereka memilih menjadi warga negara Australia.

Berikut cerita mereka dan perspektif pribadi mereka sebelum mengambil keputusan.

Hazel Parry: Ilmuwan dari Inggris
Hazel Parry: Ilmuwan dari Inggris
Hazel Parry
"Saya dan partner saya Edd pertama datang ke Australia untuk dua tahun sebagai penduduk sementara di tahun 2009. Kami tidak pernah bermimpi untuk tinggal lebih lama. Bekerja sebagai ilmuwan di Australia ternyata sangat menyenangkan. Sebagai imigran, kami datang ke Australia dengan mata terbuka, dan kami menyerap semua pemandangan, bunyi, bau dan warna yang mengagumkan ketika kami memulai hidup baru. Kami menemukan hubungan yang erat dengan alam Australia dan pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika saya pertama-kali melihat kanguru dan koala. Sebagai warga Australia yang baru, kami berharap akan menyumbangkan rasa kekaguman akan negeri ini dan optimisme akan masa depan kepada masyarakat, seperti yang dilakukan banyak imigran di masa lalu. Kami berharap untuk hidup lama di negeri ini, bekerja untuk negeri ini dan diatas semuanya itu, peduli pada negeri ini."
Petra Trappmann-Wallace: Project manager dari Jerman
Petra Trappmann-Wallace: Project manager dari Jerman
Petra Trappmann-Wallace
"Alasan mengapa saya datang kemari adalah karena saya menikah dengan pria Australia. Kami bertemu di London sekian tahun yang lalu. Kami tinggal di Frankfurt selama lima tahun, kemudian saya ingin mencoba Australia karena saya bosan dengan cuaca bulan Februari di Jerman. Kami datang kemari pada bulan Juli 2000. Saya suka Brisbane. Saya senang dengan keramahan orang disini. Saya juga kagum pada bagaimana orang Australia merangkul negeri mereka, mereka benar-benar mencintai negeri mereka. Cuacanya juga menyenangkan. Saya memutuskan untuk menjadi warganegara setelah 14 tahun tinggal di Australia. Saya menjalani tes tahun ini dan mendapat angka 100."
Elodie Pellet: Guru Bahasa dari Perancis
Elodie Pellet: Guru Bahasa dari Perancis
Elodie Pellet dan keluarganya
"Di tahun 2008 saya berada di Australia tapi hanya sebagai turis. Ketika saya hamil, rencana perjalanan kami berubah. Kami berdiskusi apakah akan tinggal di Australia atau kembali ke Perancis. Pertama saya merasa tidak nyaman di Australia karena bahasa Inggris saya terbatas, tidak mudah mencari teman baru dan mencari pekerjaan baru. Tapi pandangan ini segera berubah karena ternyata mudah sekali hidup disini dan orang-orangnya baik sekali. Orang Australia suka menyapa di jalan dan berbicara apa saja, hal yang tidak kita temui di Perancis. Orang Australia juga suka membantu dan murah hati. Mereka peduli pada orang lain dan berusaha membantu sebisanya. Ada rasa berkomunitas di Australia, yang tidak saya dapatkan di Perancis. Budaya Australia sudah tumbuh di hati saya dan sekarang saya orang Australia."
Rachel Azulie: Designer permata dari Inggris
Rachel Azulie: Designer permata dari Inggris
Rachel Azulie
"Saya pertama berkunjung ke Australia di tahun 1993 dan langsung jatuh cinta. Saya ingin menjadi WN Australia, yang berarti pengakuan bahwa saya cinta Australia, negeri dimana anak laki-laki saya lahir. Saya merasa lebih sebagai orang Australia dari pada orang Inggris. Ada yang sesuatu yang spesial dari negeri ini. Ada perbedaan besar dalam pandangan hidup orang di Australia dan di Inggris. Di sini ada optimisme dan sikap relaks. Saya betul-betul cinta Brisbane."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement