REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Petro Poroshenko dilantik sebagai presiden Ukraina kelima pasca-Soviet, Sabtu, bersumpah untuk mempertahankan kesatuan negaranya di tengah krisis berkelanjutan dengan Rusia.
Poroshenko, milioner 48 tahun yang memenangkan pemilihan presiden pada 25 Mei dengan 54,7 persen suara, mengambil sumpah di parlemen Ukraina di Kiev.
"Saya menerima tanggungjawab kepresidenan dalam rangka melestarikan dan memperkuat persatuan Ukraina," kata Poroshenko dalam satu pidato yang berganti-ganti antara bahasa Ukraina dan Rusia.
Berbicara kepada khalayak yang hadir termasuk Wakil Presiden AS Joseph Biden, ia berjanji kepada penduduk wilayah Donbass, yang sebagian besar berada di tangan pemberontak, bahwa ia akan mendesentralisasikan kekuasaan dan menjamin penggunaan bebas bahasa Rusia.
Tetapi ia juga mengatakan bahwa tidak akan ada kompromi dengan Rusia mengenai sikap pro-Eropanya dan status semenanjung Krimea.
"Krimea telah dan akan tetap menjadi wilayah Ukraina," katanya.
"Saya menyatakan dengan jelas kepada pemimpin Rusia di Normandia," tambahnya, mengacu pada pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di acara peringatan D-Day pendaratan di Normandia pada Perang Dunia II, Jumat.
Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama Jumat mengatakan bahwa Rusia harus mengakui pemimpin Ukraina yang baru terpilih jika ingin menyelesaikan krisis yang telah berlangsung beberapa bulan.
Obama berbicara dengan televisi AS sebelum hari sibuk diplomasi di peringatan D-Day di Normandy, Prancis, di mana Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara singkat dengan Presiden Ukraina terpilih Petro Poroshenko.
Obama, yang juga bertemu secara informal dengan Putin, mengatakan bahwa dia menghargai kerja sama dengan Rusia pada isu-isu termasuk perang Afghanistan dan kesepakatan sementara nuklir dengan Iran.
"Tetapi diperlukan resolusi situasi di Ukraina," kata Obama kepada NBC Nightly News.
"Dan juga dibutuhkan Putin mengakui bahwa Ukraina baru saja memilih Poroshenko sebagai presiden yang sah, yang akan dilantik Sabtu, (dan) bahwa Putin harus bekerja secara langsung dengan Poroshenko serta pemerintah Ukraina untuk upaya menyelesaikan perbedaan antara kedua negara," kata Obama.
Rusia juga perlu "untuk menghentikan pembiayaan dan mempersenjatai separatis yang telah mendatangkan malapetaka di bagian timur negara itu," kata Obama, mengacu pada pemberontakan bersenjata di Ukraina yang telah merenggut sekitar 200 orang sejak pertengahan April.
"Jika Rusia mulai bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar internasional, maka saya yakin bahwa hubungan Amerika Serikat-Rusia akan membaik," katanya.
Obama menyampaikan pesan serupa dalam pertemuannya dengan Putin, kata Ben Rhodes, wakil penasehat keamanan nasional AS.