REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mantan kepala militer Abdul Fattah al-Sisi dilantik menjadi presiden baru Mesir setelah berhasil merebut suara dalam Pilpres belum lama ini. Untuk mempersiapkan pelantikannya di Pengadilan Mahkamah Agung, pasukan keamanan pun telah dikerahkan di Kairo, Mesir.
“Pengamanan ini dilakukan untuk menyambut para tamu yang hadir dalam upacara pelantikan. Kami akan menyambut mereka dan menunjukan bahwa Mesir merupakan negara yang aman dan stabil,” kata wakil gubernur Kairo, Ahmed Sakr seperti dikutip BBC.
Sejumlah kepala negara pun juga akan menghadiri upacara ini. Keamanan telah dipersiapkan di sekitar istana Koba serta tempat pelantikan. Selama upacara pelantikan digelar, jalan-jalan di sekitar akan ditutup dan tak ada kendaraan serta warga yang tak diundang yang diizinkan memasuki lokasi pelantikan.
Berdasarkan hasil final dari perhitungan suara, Sisi telah berhasil merebut suara mayoritas yang mencapai 96.9 persen. Sedangkan, pesaingnya yang berasal dari partai sayap kiri, Hamdeen Sabahi hanya meraih suara sebesar 3.1 persen. Meskipun begitu, jumlah pemilih dalam pemilu kali ini tak lebih dari 50 persen dan lebih rendah dari yang Sisi harapkan.
BBC melaporkan, para ahli pun menyebutkan bahwa jika ia tak mampu memegang kekuasaannya ke arah yang lebih baik dalam jangka waktu satu atau dua tahun, maka ia dapat mengalami hal yang serupa seperti pendahulunya. Dalam sebuah pidato yang disiarkan melalui siaran televisi, Sisi menyampaikan ingin menciptakan kebebasan dan keadilan sosial. Slogan tersebut serupa dengan slogan pada revolusi 2011 lalu.
“Ini saatnya kita untuk bekerja. Kerjasama kita dapat membawa kemakmuran dan kekayaan,” katanya. Dalam masa pemerintahannya ini, Sisi pun menghadapi beberapa tantangan seperti memperbaiki keadaan ekonomi, mengurangi jumlah kemiskinan, serta menghindari adanya krisis politik.
Selain itu, Sisi juga berjanji akan memulihkan kestabilan negara setelah adanya kekisruhan selama berbulan-bulan dan menyebabkan ratusan orang tewas. Tak hanya itu, banyak para anggota Ikhwanul Muslimin yang telah dicap sebagai kelompok teroris ini telah ditahan. Sejumlah pemimpin kelompok itu pun tengah diadili.
Sebelum berhasil mendapatkan kursi presiden, Sisi telah menggulingkan Presiden Mohamad Mursi pada Juli lalu. Dalam pemilu ini pun, para pendukung Ikhwanul Muslimin telah melakukan boikot.