Ahad 08 Jun 2014 19:35 WIB

Minim Pasokan, Senjata dan Amunisi di Australia Langka

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Kelangkaan pasokan senjata dan amunisi di AS meluas hingga ke daratan Australia. Kondisi ini memincu sejumlah masalah bagi petani, petugas keamanan, kontraktor keamanan hingga atlet olahraga  menembak di seluruh Australia.

Importir lokal mengaku kekurangan pasokan ini dipicu oleh perdebatan mengenai kebijakan kepemilikan senjata di AS.

Direktur Nioa, salah satu pemasok terbesar senjata dan amunisi di Australia mengatakan situasi ini sudah menyentuh titik kritis sejak akhir tahun lalu. "Situasi sekarang ini berlangsung tidak lama setelah Presiden Barack Obama terpilih kembali,” kata Direktur Nioa, Robert Nioa, baru-baru ini.

Jumlah senjata langsung anjlok pada termin kedua pemerintahaan Obama menyusul rencana Obama yang berencana memperkenalkan UU yang membatasi kepemilikan senjata dan amunisi. Para pelaku bisnis langsung menyikapi perubahan tersebut,”

Nioa mengatakan perusahaannya terpaksa harus menunggu sampai 3 tahun sebelum amunisi dan senjata tertentu buatan Amerika pesanannya tiba. Akibatnya sejumlah konsumen pun terpaksa menggunakan produk yang ada.

“Konsumen kami sampai harus antri menunggu pasokan produk amunisi dan senjata hingga satu tahun, kadang-kadang dua tahun, untuk senjata api atau amunisi tertentu, sementara stok kami yang ada terus berkurang sehingga kita tidak memiliki banyak stok sama sekali,” katanya.

"Beberapa senjata api bahkan harus menunggu sampai tiga tahun pengirimannya, tapi kami mulai melihat peluang percepatan pengiriman produk tersebut kembali ke jangka waktu normal yakni 6 – 12 bulan,”

"Penundaan  terbesar terjadi pada jenis amunisi yang biasa digunakan oleh para petani dan juga proyektil serta komponen amunisi lainnya untuk keperluan atlit menembak yang akan bersaing pada ajang Olimpiade dan Kejuaraan Commonwealth mendatang."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement