REPUBLIKA.CO.ID, BONN -- Kerangka para tentara yang terbunuh di Kepulauan Marshall dalam Perang Dunia II terungkap. Hal itu dikarenakan kenaikan permukaan air laut.
Dalam pertemuan PPB tentang iklim di Bonn Jerman, Menteri Luar Negeri Kepulauan Marshall mengatakan ada kuburan berisi 26 kerangka, ditemukan saat gelombang pasang. Melansir BBC News, kerangka-kerangka yang ditemukan diduga merupakan tentara Jepang.
Air laut di wilayah Pasifik meningkat cepat melebihi rata-rata global, karena pemanasan global. "Gelombang pasang pada Februari sampai April tahun ini telah menyebabkan banjir dan juga merusak daratan yang berdampak terhadap masyarakat, bahkan orang yang sudah meninggal," ujar Menteri Luar Negeri Tony De Brum, dalam acara perundingan iklim PBB.
Ia menyampaikan penemuan kuburan massal yang terdiri dari 26 jenazah ditemukan baru-baru ini tampaknya bukan akibat peperangan, melainkan bunuh diri. Hal itu karena tak ada kerangka tulang yang patah.
Pulau-pulau di Pasifik, seperti kepulauan Marshall, diduduki oleh Jepang selama Perang Dunia II, sampai mereka dikalahkan pasukan AS. Pulau Marshall sendiri merupakan salah satu lokasi yang paling rentan mengalami perubahan permukaan air laut, dengan titik tertinggi hanya dua meter diatas permukaan laut.
Berdiri diatas 29 karang ini dihuni oleh sekitar 70.000 orang. Karang-karang tersebut membentuk pulau yang sangat rentan, karena dikelilingi oleh lautan.
Selanjutnya kenaikan permukaan air laut mengancam pulau dan kadar garam dapat mengikis jalanan dan daratan. Masalah tanggung jawab untuk mengurangi emisi dibahas lagi oleh negara-negara di dunia dalam pertemuan Bonn di Jerman.