Selasa 10 Jun 2014 02:43 WIB

Iran: Perundingan Nuklir Perlu Diperpanjang Enam Bulan

Rep: Dessy Saputri/ Red: Muhammad Hafil
Fasilitas nuklir Iran
Foto: telegraph.co.uk
Fasilitas nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Perundingan program nuklir Iran bersama dengan enam negara kuat dunia untuk menghentikan pengayaan nuklir akan segera berakhir. Pejabat senior Iran pun mengatakan jika tidak ada kesepakatan hingga 20 Juli mendatang, pembicaraan ini bisa diperpanjang hingga enam bulan ke depan. 

Perundingan yang telah digelar selama empat bulan ini terhambat pada bulan lalu. Pasalnya, masing-masing pihak saling menyalahkan satu sama lain karena membuat permintaan yang tak realistis. 

Menurut pejabat Barat, Iran ingin tetap melakukan pengayaan uranium lebih jauh yang diperbolehkan bagi program energi nuklir sipil. Sedangkan, Iran mengatakan pihaknya ingin melepaskan ketergantungannya pada suplai bahan bakar luar negeri untuk reaktor nuklirnya dan menolak tuduhan Barat yang menyebut pihaknya dapat membuat senjata nuklir. 

Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menyebut kemungkinan perpanjangan perundingan dalam pembicaraan di Jenewa saat bertemu dengan pejabat senior AS dan wakil kepala negosiator Uni Eropa. “Kami berharap dapat mencapai kesepakatan final pada Juli 20, tetapi jika tidak dapat dicapai, kami tidak memiliki pilihan lain kecuali memperpanjang kesepakatan Jenewa selama enam bulan,” katanya. 

“Masih terlalu dini untuk memutuskan apakah perpanjangan waktu diperlukan. Kami masih berharap dapat mencapai kesepakatan final pada 20 Juli mendatang,” lanjutnya. Ia mengatakan masih ada kesenjangan antara Iran dan enam negara kuat dunia dalam berbagai hal. Tujuan utama pembicaraan ini, tambahnya, yakni untuk menjamin hak Iran dalam masalah nuklir yang dilakukan demi tujuan perdamaian. 

Selain itu, pejabat Iran lainnya, Takht Ravanchi, mengatakan pertemuan bilateral ini juga dilakukan untuk mengakhiri sanksi yang dijatuhkan terhadap Iran. Sebelumnya, AS mengatakan akan mengirimkan diplomatnya, wakil menteri luar negeri Bill Burns ke pertemuan Jenewa yang dipimpin oleh Araqchi.

 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement