Selasa 10 Jun 2014 10:50 WIB

Militer Sudan: 110 Pemberontak Tewas di Kordofan Selatan

Kordofan Selatan
Foto: [ist]
Kordofan Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Militer Sudan telah menewaskan 110 pemberontak Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan/Sektor Utara (SPLM/N) di Daerah Al-Atmoor di Negara Bagian Kordofan Selatan, kata Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) pada Senin (9/6).

"SAF pada Senin memukul mundur satu serangan oleh pemberontak SPLM/N terhadap Daerah Al-Atmoor, Negara Bagian Kordofan Selatan, yang belum lama ini dibebaskan oleh militer. SAF menewaskan 110 pemberontak dan melukai banyak lagi," kata seorang juru bicara SAF di dalam satu pernyataan pada Senin.

Pertempuran berkecamuk selama tiga jam, saat pemberontak berusaha memasuki daerah itu, yang merupakan pangkalan bagi mereka, kata juru bicara tersebut, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi. Ia menyatakan empat prajurit militer juga tewas dan beberapa orang lagi cedera.

Pada Jumat pagi (6/6), Angkatan Darat Sudan mengumumkan telah merebut kembali Daerah Al-Atmoor, Ibu Kota Negara Bagian Kordofan Selatan, dari pemberontak.

SPLM/N telah memerangi militer Sudan di Daerah Kordofan Selatan dan Blue Nile sejak 2011.

Presiden Sudan Omar Al-Bashir sebelumnya berikrar akan mengakhiri semua bentrokan bersenjata dan konflik di semua bagian Sudan sampai akhir 2014.

Pada November tahun lalu, Kementerian Pertahanan Sudan mengumumkan bahwa militer akan melancarkan aksi guna mengakhiri semua pemberontakan bersenjata di Wilayah Darfur, Sudan, Daerah Blue Nile dan Negara Bagian Kordofan Selatan di perbatasan dengan Sudan Selatan.

Darfur di Sudan telah menyaksikan peningkatan kerusuhan akibat bentrokan yang berkecamuk terus antara pasukan pemerintah dan kelompok bersenjata di dekat tempat bentrokan suku.

Ratusan ribu warga telah meninggalkan rumah mereka menuju kamp pengungsi.

Pada Ahad (1/6) PBB menyampaikan keprihatinan bahwa peningkatan mencolok dalam kebutuhan kemanusiaan di Sudan tak terpenuhi dengan tingkat bantuan kemanusiaan saat ini, sehingga ratusan ribu korban terancam di seluruh negeri itu.

"Meskipun tampaknya dana bantuan kemanusiaan internasional yang tersedia berkurang buat Sudan akibat munculnya krisis di tempat lain di wilayah tersebut dan alasan lain, kebutuhan kemanusiaan di Sudan bertambah," kata Ali Az-Za'tari, Presiden Koordinator Kemanusiaan PBB di Sudan, dalam satu pernyataan.

"Dalam kuartal pertama 2014 saja, hampir 300.000 orang di Darfur terusir dari tempat tinggal mereka akibat kerusuhan," kata Az-Za'tari. Ia menambahkan, "Semua orang ini bergabung dengan dua juta orang di Darfur yang sudah tinggal di berbagai kamp dan bergantung atas bantuan kemanusiaan internasional untuk bertahan hidup."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement