REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA-- Pembahasan mengenai nuklir antara Iran dan enam negara masih memerlukan perpanjangan waktu. Hal ini dikatakan oleh salah seorang pejabat senior Iran, Senin (9/6).
Perpanjangan waktu, dirasa diperlukan oleh Iran menyusul kesepakatan yang hingga kini belum tercapai. Batas waktu mengenai pembahasan program nuklir Iran, seperti yang disetujui dalam kesepatan awal pada November lalu, seharusnya berakhir pada 20 Juli mendatang.
"Kami berharap dapat mencapai kesepakatan akhir pada 20 Juli mendatang, namun jika tidak tercapai, kami tidak punya pilihan selain meminta perpanjangan waktu ke badan Energi ATom Internasional (IAEA)," ujar wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbad Araqchi pada Kantor Berita Iran, IRNA, Senin (9/6).
Meski demikian, Iran mencoba bersikap optimis dengan mengatakan jika saat ini masih terlalu dini untuk menilai perpanjangan waktu dibutuhkan. Harapan dalam tercapainya kesepakatan sebelum 20 Juli mendatang, dikatakan oleh Iran sebenarnya masih ada.
Iran dan enam negara, yaitu Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, Jerman, Rusia dan Cina telah melakukan pembahasan awal mengenai program nuklir pada November tahun lalu. Para pihak merundingkan hal-hal apa saja yang diperlukan untuk membuat program nuklir yang Iran tujukan sebagai tenaga pembangkit listrik dapat disetujui.
Pembahasan dilakukan menyusul banyak pihak yang menentang program tersebut dan mencurigai Iran mempunyai tujuan lain dalam pengembangan nuklir tersebut. Pada bulan lalu, Iran dan enam negara kembali mengadakan pembahasan program nuklir.
Namun, perundingan tersebut masih mengalami kebuntuan yang berujung tidak tercapainya kesepakatan apapun. Masing-masing pihak dikatakan saling menuduh jika mereka telah membuat tuntutan tidak logis terkait program nuklir tersebut.
Para pejabat Barat mengatakan Iran ingin mempertahankan kemampuan pengayaan uranium yang jauh melampaui batas. Pengayaan uranium tersebut diukur berdasarkan standar yang dibutuhkan untuk membangkitkan tenaga listrik.
Iran mengatakan ukuran pengayaan uranium yang ia ajukan telah sesuai. Mereka ingin agar negaranya tidak ketergantungan bahan bakar reaktor nuklir pada pemasok asing. Iran membantah dengan tegas tuduhan Barat yang khawatir jika negara itu akan membuat senjata nuklir dengan kedok program energi damai.
Kebuntuan ini, menyebabkan para pejabat AS dan Iran mengadakan pertemuan di Jenewa pada Senin (9/6). Dalam pertemuan ini, para pihak membicarakan hal-hal yang dimungkinkan agar kesepakatan program nuklir segera tercapai. Kebuntuan yang terjadi, meningkatkan kemungkinan jika diundurnya batas waktu kesepakatan dimaksud untuk mencegah resiko perang di Timur Tengah karena isu nuklir.
AS mengutus dua delegasinya, yaitu wakil Menteri Luar Negeri AS, Bill Burns dan Wendy Sherman. Pembicaraan berlangsung bersama delegasi Iran yang dipimpin oleh Araqchi. Dalam pertemuan selama lebih dari lima jam itu, belum ada pernyataan secara detail mengenai hasil pembicaran AS dan Iran.