REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Lebih dari 10 ribu anggota serikat pekerja melakukan aksi turun ke jalan di Melbourne, memprotes pemotongan anggaran yang ditetapkan Pemerintah Federal.
Menteri Keuangan Australia, Joe Hockey, membela langkah-langkah anggaran Federal dalam sebuah pidato pada 11 Juni, seraya mengatakan bahwa warga Australia boleh berpendapat sistem yang ada ‘telah berlaku tak adil’ karena sebagian besar pajak mereka dialokasikan untuk urusan kesejahteraan.
Anggota Parlemen dari Partai Hijau, Adam Brandt, berujar, para buruh berhak untuk marah. “Unjuk rasa seperti ini akan terus berlanjut sampai anggaran berubah, dan sampai Pemerintahan ini tak lagi menjabat,” jelas Adam, baru-baru ini.
Unjuk rasa tersebut dikoordinir oleh Dewan Balai Perdagangan, dengan keterlibatan Serikat Pekerja Konstruksi, Kehutanan, serta Tambang dan Energi (CFMEU); Organisasi Serikat Pekerja ‘United Voice’; dan berbagai serikat pekerja lainnya.
Seorang pemadam kebakaran bernama Steve Mundy, yang juga ambil bagian dalam aksi ini, mengatakan, Pemerintah Federal melakukan tindakan yang tidak tepat menurut kacamata orang Australia.
“Saya pikir, pemotongan yang menyasar kelas pekerja Australia sangat tidak adil dan harus dirubah dan karena itulah kami hari ini ada di sini,” ucapnya.
Sementara peserta aksi yang lain, Felice Jacka, menyebut bahwa Pemerintah Federal tak menjalankan mandat.
“Mereka berkata satu hal dan melakukan hal yang lain,” keluhnya.