REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri Australia Tony Abbott mendapatkan julukan baru dari kelompok oposisi, yaitu perdana menteri penebangan. Penamaan itu setelah Abbott menyetujui rencana pembabatan 74 ribu hektare hutan Tasmania.
Menurut Abbot, bila upaya ini berhasil, Australia akan menjadi negara maju pertama yang mencabut status hutan yang dilindungi untuk kepentingan ekonomi. Alasannya mengupayakan usulan itu tak lain untuk kepentingan industri kayu yang mempekerjakan 66 ribu orang.
Juru bicara kelompok konservasi Wilderness Society Vica Bayley mengatakan, menebang hutan warisan dunia sama cerobohnya dengan merusak warisan dunia lain. Seperti menggunakan Grand Canyon (di Amerika Serikat) sebagai tempat pembuangan sampah dan menghancurkan Sydney Opera House untuk apartemen atau menjual Menara Eiffel untuk besi tua.
Kawasan yang dilindungi lain di Australia, Great Barrier Reef, juga masuk dalam pertemuan Komisi World Heritage UNESCO di Doha. Australia mengharapkan UNESCO tidak menurunkan status Great Barrier Reef menjadi 'berbahaya' karena kerusakan akibat polusi.
Setelah banyak menuai protes, pembabatan hutan Tasmania yang dilindungi akan dibicarakan dalam pertemuan organisasi budaya PBB, UNESCO di Qatar, yang dimulai Ahad (15/06).
Hutan Tasmania merupakan situs warisan dunia (World Heritage Site) yang ditetapkan UNESCO. Namun pemerintah Australia ingin mencabut status itu sehingga pembabatan hutan dapat dimulai.
Ribuan warga di Tasmania melakukan protes menentang langkah itu Sabtu (14/06). Pemerintah Australia mengatakan kawasan itu menurun kualitasnya karena pernah ditebang sebelumnya.