REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Kesepakatan kerjasama pasokan gas Ukraina dan Rusia berakhir buntu, Ahad (15/6) waktu setempat. Hingga saat-saat terakhir batas waktu yang diberikan Rusia pada Ukraina untuk melunasi hutang 1,95 miliar dolar AS, tak kunjung lahir kesimpulan yang mencapai kata mufakat.
Sumber di Kiev mengatakan, pembicaraan terkait hal ini berlangsung terus tanpa jeda pada Ahad di Kiev. Ukraina menjadi tuan rumah pembicaraan final terkait ancaman krisis energi ini. Seorang pejabat tinggi dari perusahaan gas negara Rusia, Gazprom, mengatakan kepada AFP, pembicaraan yang dimediasi oleh Uni Eropa ini telah gagal menjembatani kedua belah pihak.
Rusia dan Ukraina tidak menyepakati harga yang harus dibayar Kiev atas gas alam yang diterima dari Gazprom. Ukraina juga tidak setuju pada rencana Rusia untuk memberlakukan pembayaran dimuka jika Kiev tidak membayar utangnya. Kedua belah pihak terlibat dalam perselisihan sengit.
‘’Kami tidak mendapat kesepakatan apa-apa dan peluang kami bertemu kembali sangat kecil. Kami sudah harus kembali ke Moskow,’’ kata juru bicara Gazprom, Sergei Kuprianov melalui telepon, seperti dikutip Reuters.
Ia mengatakan, batas akhir pembayaran yaitu pukul sepuluh pagi pada Senin waktu setempat. Jika tidak kunjung dibayar, maka Rusia akan menghentikan pasokan ke Ukraina. Hal tersebut juga akhirnya akan mengganggu pasokan gas ke Uni Eropa.
Ukraina telah menerima proposal kerjasama dari Komisi Eropa terkait penetapan harga 326 dolar AS per seribu meter kubik gas untuk sementara waktu. Moskow juga menawarkan diskon 100 dolar AS dari harga asli menjadi 385 dolar AS per seribu meter kubik gas. Namun Ukraina telah menolak tawaran Rusia.