REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Badan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), Selasa, mendesak warga Irak melindungi warisan budaya negerinya di tengah pertempuran dan memperingatkan bahwa merusak tempat ibadah dapat diperhitungkan sebagai kejahatan perang.
Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova mengemukakan kecemasannya mengenai penderitaan kemanusiaan dan nyawa hilang di Irak serta ketakutan bahwa warisan budaya negeri itu dijarah atau dihancurkan.
"Saya memita semua tokoh untuk menghentikan semua perusakan terhadap warisan budaya, termasuk situs keagamaan," kata pernyataan Bokova, "Perusakan yang disengaja oleh mereka adalah kejahatan perang dan menampar jatidiri serta sejarah rakyat Irak."
Irak terperosok dalam kekerasan yang parah selama beberapa tahun ketika kelompok Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) menguasai tempat-tempat di negara tersebut.
ISIL yang beranggotakan kaum Suni memerangi pemerintah pusat yang dijalankan oleh kelompok Syiah sejak kejatuhan diktator Saddam Hussein pada 2003.
Mereka disebut telah menangkap dan membunuh tentara Irak, juga sejumlah warga sipil, sedangkan ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Sejak penyerbuan oleh pasukan AS pada 2003, sedikitnya 32.000 benda bersejarah sudah dijarah dari 12 ribu situs arkeologi di seluruh pelosok Irak dan 15.000 benda lainnya dicuri dari Museum Nasional.