REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Cina Li Keqiang Selasa menyatakan berharap dapat menyatakan Inggris yang "bersatu" menjelang referendum yang akan menentukan status kemerdekaan Skotlandia.
Saat ditanya tentang referendum 18 September mengenai apakah Skotlandia akan tetap menjadi bagian dari Inggris atau merdeka, Li mengatakan bahwa dia ingin "Kerajaan Inggris yang kuat, sejahtera, dan bersatu."
Li menyampaikan hal tersebut saat mengunjungi London dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Inggris David Cameron.
Partai tempat Cameron berasal, Konservatif, bersama partai Liberal Demokrat dan partai yang saat ini menjadi oposisi, Buruh, ingin Skotlandia tetap menjadi bagian Britania Raya.
Pernyataan Li tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh presiden Amerika Serikat Barack Obama. Pada awal bulan ini, Obama mengatakan bahwa warga Skotlandia akan lebih baik jika tetap menjadi bagian Inggris.
"Jika dilihat dari luar, sepertinya semua berjalan dengan baik," kata Obama pada saat itu.
Sementara Li mengatakan bahwa dia menyambut baik "Kerajaan Inggris yang kuat, sejahtera, dan bersatu."
"Saya yakin Kerjaan Inggris akan tetap menjadi pemimpin pertama pertumbuhan dan pembangunan dunia. Negara ini juga akan terus memainkan peran penting bahkan peran yang lebih besar bagi stabilitas regional dan perdamaian dunia," kata dia menambahkan.
Namun "jelas kami akan menghormati keputusan apapun yang dibuat oleh warga Skotlandia," kata Li menambahkan.
Komentar Li tersebut langsung mendapat tanggapan dari kubu yang mendukung kemerdekaan Skotlandia, yaitu Scottish National Party.
"Tidak seperti rakyat di Cina, warga di sini mempunyai pilihan yang bebas dan demokratis pada 18 September saat mereka akan memutuskan masa depan negaranya," kata juru bicara Scottish National Party yang tidak disebutkan identitasnya oleh AFP.
"Dan kami yakin kuputusan itu adalah Ya (memisahkan diri dari Inggris)," kata dia.
Jajak pendapat yang digelar ICM pada akhir pekan lalu menunjukkan bahwa 36 persen responden memilih kemerdekaan sementara 43 persen menjawab "tidak". Sebanyak 21 persen responden masih belum mempunyai keputusan.