REPUBLIKA.CO.ID, TASMANIA -- Kebiasaan berkomunikasi melalui pesan singkat (texting) di kalangan anak-anak ternyata memiliki nilai positif. Media ini bisa menjadi pembelajaran yang bagus untuk meningkatkan kemampuan ejaan dan tata bahasa mereka.
Kajian mengenai “pesan singkat” ini dilakukan oleh peneliti dari Universitas Tasmania dan Universitas Conventry Inggris. Para peneliti mempelajari kebiasaan berkomunikasi melalui pesan singkat yang dilakukan oleh lebih dari 240 pelajar sekolah dasar, sekolah menengah, dan universitas.
Dalam studi ini, peneliti membandingkan hasil kemampuan ejaan dan tata bahasa murid-murid tersebut dalam sebuah tes formal. Termasuk dalam bentuk pesan singkat diawal riset dan kemudian diteliti lagi 12 bulan berikutnya. Hasilnya, ternyata pelajar yang dikenal sebagai penulis pesan singkat paling kreatif sekalipun mampu masuk dalam kelompok siswa yang memiliki kemampuan mengeja sangat baik.
Nenagh Kemp, pengajar senior dari Fakultas Psikologi Universitas Tasmania mengatakan, temuan ini menepis anggapan kalau pesan teks merusak kemampuan Bahasa Inggris anak-anak. Sebaliknya dari hasil studi ini didapati kalau ketika anak-anak muda menggunakan kata-kata singkat dan singkatan dalam pesan itu ternyata itu bisa membantu meningkatkan ejaan mereka.
Dan gaya penulisan yang tidak biasa dalam pesan singkat (SMS), seperti kata-kata singkat dan singkatan ternyata tidak merefleksikan kurangnya wawasan pengetahuan maupun ketidaktelitian. "Kekhawatiran yang banyak diungkapkan orang dewasa adalah dengan lebih sering menggunakan pesan singkat maka anak-anak tidak akan memiliki kemampuan menulis yang bagus dan mereka akan tetap menggunakan gaya penulisan di pesan singkat, seperti menyingkat penulisan suatu kata dan tidak suka dengan gaya penulisan formal, ternyata kami tidak menemukan kasus seperti itu,” jelas Nenagh Kemp, baru-baru ini.
Sebaliknya, menurut Dr Kemp penyingkatan dalam pesan singkat juga mewakili “eksplorasi penggunaan bahasa yang kreatif”.
Kaitan bunyi dan penulisan
Sementara itu Profesor Clair Wood dari Universitas Coventry, yang ikut menulis laporan itu mengatakan ia berharap hasil kajian ini dapat menghapuskan kekhawatiran orang tua mengenai kebiasaan anak berkomunikasi lewat pesan singkat.
"Alasan kita melihat hubungan positif antara penggunaan bahasa gaul dalam pesan singkat dan kemampuan ejaan ini adalah karena banyak bentuk yang paling umum digunakan teks singkatan didasarkan fonetis atau bunyi bahasa," katanya.
“Sehingga ketika anak-anak sedang bermain-main dengan bentuk-bentuk kreatif yang mewakili bahasa, mereka harus menggunakan dan melatih pemahaman mereka tentang bunyi huruf yang terkait. Dan ini merupakan keterampilan yang diajarkan secara resmi sebagai fonem dalam pengajaran resmi di kelas.”
Dengan kata lain menurut Profesor Wood, pesan singkat (SMS) menawarkan anak-anak kesempatan untuk melatih pemahaman mereka tentang bagaimana suara dan tulisan saling berhubungan satu sama lain.
Peneliti mendorong guru untuk melanjutkan pengajaran mengenai aturan baku dalam bahasa Inggris dengan penyampaian yang tidak terlalu kaku.
Empat dari sepuluh anak-anak berusia antara 5 – 10 tahun saat ini diketahui memiliki ponsel, dan tiga dari 10 anak memiliki smartphone, dan bahasa ala pesan singkat' sudah sangat luas digunakan dalam layanan pesan singkat (SMS) maupun di media sosial.
Data dari Lembaga Literatur Nasional menunjukkan bahwa anak-anak sekarang lebih cenderung membaca melalui perangkat digital yang keberadaannya telah meresap dalam aspek kehidupan mereka sehari-hari.