REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Angkatan laut Korea Selatan melakukan pelatihan menggunakan peluru tajam dekat satu gugusan pulau yang disengketakan, Jumat mengabaikan protes-protes keras dari Jepang yang juga mengklaim daerah itu, menyebut kegiatan itu "disesalkan".
Kementerian pertahanan mengatakan pelatihan di sekitar pulau-pulau yang dikuasai Seoul dan menamakannya kepulauan Dokdo dan Jepang menyebutnya Takeshima, adalah bagian dari pelatihan pertahanan nasional "reguler" militer.
Angkatan laut dan penjaga pantai telah melakukan pelatihan gabungan dekat Dokdo selama beberapa kali, tetapi pelatihan dengan menggunakan peluru-peluru tajam jarang dan kegiatan itu membuat Jepang marah.
"Jepang tidak akan pernah menyetujui pelatihan yang dilakukan di daerah Takeshimanya itu, dan karena itu menuntut keras agar pemerintah Korsel menghentikan rencana-rencananya itu," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshohiro Suga kepada wartawan di Tokyo.
Suga, juru bicara utama pemerintah, mengatakan keputusan untuk tetap melakukan pelatihan-pelatihan itu "sangat disesalkan".
"Ini adalah satu pelatihan militer untuk meningkatkan pertahanan Republik Korea, jadi tuntutan dari luar atau campur tangan bukanlah satu hal untuk dipertimbangkan," kata juru bicara kementerian itu Wi Yong-Seop.
"Pelatihan yang diselenggarakan sekarang itu sesuai rencana," kata Wi.
Sejumlah 19 kapal angkatan laut dan pesawat dilibatkan, termasuk satu kapal perang dan satu helikopter anti kapal selam Lynx.
Seorang juru bicara angkatan laut mengatakan pelatihan melaksanakan skenario-skenario pertahanan menghadapi berbagai ke mungkinan lawan-lawan," termasuk Korea Utara".
Awal pekan ini,media pemerintah Korut menyiarkan gambar-gambar Kim Jong-un menyaksikan satu pelatihan angkatan laut dari menara satu kapal selam.
Kepulauan Dokdo-Takeshima telah menjadi konflik keras dan sengketa wilayah yang telah berlngsung puluhan tahun antara Korsel dan Jepang.
Konflik itu meningkat tahun 2012 setelah kunjungan mendadak Presiden Korsel (waktu itu) Lee Myung-Bak ke Dokdo.
Hubungan antara dua negara bertetangga itu kini berada dalam tingkat terendah selama beberapa tahun, dengan Washington menganggap pertikaian antara dua sekutu militer utamanya di Asia itu dengan kegelisahan yang meningkat.
Ketegangan itu sebagian besar berkaitan dengan kekuasaan kolonial Jepang tahun 1910-1945 atas Semenanjung Korea.
Banyak warga Korsel yakin Jepang tidak bertobat secara layak karena melakukan penyiksaan selama negara itu menjajah daerah tersebut.
Pelatihan dengan menggunakan peluru tajam dilakukan saat Jepang mulai meninjau kembali permintan maafnya tahun 1993 atau penggunaan banyak wanita muda Korea dan Tiongkok sebagai budak seks saat perang untuk pasukannya.
Jepang juga terlibat sengketa wilayah dengan China menyangkut sejumlah pulau terpisah d Laut Tiongkok Timur.
Penjaga pantai Jepang mengatakan dua kapal penjaga pantai Tiongkok Jumat melanggar perbatasan 12 mil lautnya di satu dari pulau-pulau Senkaku, yang Tiongkok klaim dan menamakannya Diaoyu.