REPUBLIKA.CO.ID,JENEWA -- Perang dan kekerasan yang melanda sejumlah negara, membuat lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia saat ini terpaksa menjadi pengungsi. Jumlah ini tercatat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laporan Global Trends tahunan, yang penghitungannya dilakukan sejak tahun lalu.
"Kami menghadapi lonjakan pengungsi yang benar-benar terjadi secara drastis di seluruh dunia," ujar Antonio Guterres, komisioner tinggi PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) dalam konferensi pers, seperti dilansir Reuters, Jumat (20/6).
Gutters mengatakan, jumlah pengungsi terus mengalami peningkatan akibat perang yang tak kunjung usai. Dia juga menyebutkan, Dewan Keamanan PBB telah lumpuh karena dinilai gagal mencegah dan mengakhiri sejumlah konflik yang terjadi di seluruh dunia
Total keseluruhan pengungsi yang PBB hitung adalah 51,2 juta jiwa. Sebanyak 16,7 juta pengungsi berasal dari dalam negara yang tengah berkonflik. Selain itu, PBB mencatat 1,2 juta di antara para pengungsi adalah orang-orang yang mencari suaka.
Angka tersebut sekaligus menjadi jumlah tertinggi pengungsi sejak berakhirnya Perang Dunia II (1939-45). Setengah dari pengungsi disebutkan oleh PBB adalah anak-anak.
UNHCR menunjukan data sebanyak lebih dari 25 ribu anak telah mengajukan suaka ke 77 negara tahun lalu. Anak-anak tanpa pendamping ini terlihat banyak tersebar hampir di seluruh penjuru dunia. Mereka di antaranya berada di rute Karibia untuk berlayar ke Amerika Serikat dan di rute Afghanistan untuk menuju ke Iran, Turki, dan Eropa.
Banyaknya jumlah pengungsi yang ada di seluruh dunia terjadi akibat konflik dan kekerasan yang tersebar di beberapa negara. Beberapa di antaranya adalah Suriah dan Sudan Selatan. Banyak warga di Republik Afrika Tengah, Ukraina, dan Irak juga melarikan diri dari rumah mereka.
Warga Afghanistan dan Somalia tercatat menyumbang sebanyak 53 persen dari 11,7 juta pengungsi di bawah tanggung jawab UNHCR. Lima juta warga Palestina yang menjadi pengungsi saat ini juga telah dirawat oleh instansi sejenis badan PBB untuk urusan pembangunan bantuan dan manusia (UNRWA).
Suriah menyumbang sekitar 2,5 juta jumlah pengungsi baru pada tahun lalu. Secara keseluruhan, hampir tiga juta warga Suriah telah melarikan diri ke negara-negara tetangga seperti Lebanon, Turki, Irak, dan Yordania. Sisanya, sekitar 6,5 juta pengungsi tetap berada di dalam wilayah Suriah sejak konflik berlangsung di negara itu hampir tiga tahun lamanya.
Sebagian besar pengungsi menemukan perlindungan di negara-negara berkembang. Hal ini bertentangan dengan pendapat para politikus di negara-negara Barat. Mereka menilai para pengungsi melarikan diri ke negara maju untuk menemukan kehidupan yang lebih baik, bukan perlindungan.