REPUBLIKA.CO.ID, ATLANTA– Prosedur keselamatan dalam penelitian bukan hanya sekedar ritual. Jika diabaikan, masalah besar tak akan bisa dihindari. Seperti yang terjadi di sebuah laboratorium milik pemerintah AS di Atlanta. Sekitar 75 orang ilmuwan dan staf di laboratorium tersebut harus diperiksa pihak berwenang federal AS karena diduga tercemar bakteri antraks.
Dikutip Reuters, para peneliti ini bekerja di laboratorium respon bioteror di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC). CDC mengatakan pada Kamis mereka bertugas untuk mempersiapkan sampel non aktif dari organisme mematikan, salah satunya bakteri antraks yang masih hidup.
Namun, bakteri tersebut diduga mencemari lingkungan termasuk peneliti dan staf ketika dipindahkan ke laboratorium dengan tingkat keamanan lebih rendah. CDC mengatakan dua dari tiga laboratorium kemungkinan telah tercemar spora antraks.
Pencemaran, pertama kali terdeteksi pada 13 Juni saat bakteri hidup ditemukan di slide asli yang digunakan ilmuwan. Kemudian pendeteksian lebih lanjut dilakukan sementara laboratorium ditutup. Meski diduga tercemar, hingga saat ini belum ada korban divonis positif antraks.
"Tidak ada karyawan yang menunjukan gejala penyakit tersebut,’’ kata Dr Paul Meechan, Direktur kantor kepatuhan kesehatan dan keselamatan lingkungan di CDC pada Reuters.
Ia menyesalkan kejadian tersebut dan berjanji akan menghindarkan semua karyawan dari resiko. Pelanggaran keamanan di salah satu laboratorium utama di AS ini menimbulkan keraguan pada standar keamanan CDC.
Padahal, lembaga ini dikenal sebagai tempat paling penting dalam pengendalian infeksi penyakit di AS. Protokol CDC juga menjadi role model bagi keamanan laboratorium penelitian di dunia. ‘’Dalam penelitian bioteror, tidak ada ruang untuk kesalahan atau kelalaian. Setiap tindakan pencegahan harus dilakukan untuk memastikan keselamatan peneliti kita,’’ kata Ketua komite energi dan perdagangan, Fred Upton.
Meechan mengatakan semua karyawan yang melakukan prosedur menonaktifkan bakteri telah melewati pemeriksaan standar keamanan. Dalam sebuah pernyataan, CDC mengatakan kasus ini telah dilaporkan ke Program Federal Select Agent, lembaga yang bertugas mengawasi penggunaan dan transfer agen biologi juga racun yang menjadi ancaman berat bagi publik.
Saat ini, FBI bekerja sama dengan CDC untuk menyelidiki insiden tersebut dan dipantau oleh parlemen AS. Juru bicara biro FBI mengatakan mereka tidak menemukan bukti kesengajaan atau kecurangan. Meechan menambahkan, hukuman indisipliner akan diterapkan jika diperlukan. Ia menekankan, perihal ini tidak membahayakan bagi publik.
Penanganan patogen di dalam laboratorium pemerintah AS menjadi perhatian sejak kejadian 2008. Saat itu, FBI mengidentifikasi seorang peneliti antraks di militer AS, Dr Bruce Ivins menjadi dalang penyebaran surat berisi bakteri antraks pada 2011.