REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – The Guardian merilis berita mengenaskan dari sebuah penjara di Mesir, Senin (23/6). Hasil wawancara dengan mantan narapidana, pengacara, aktivis hak asasi manusia dan keluarga orang hilang mengemukakan bahwa ratusan orang ditahan dan disiksa di penjara militer rahasia Mesir, Azouli.
Sejak akhir Juli 2013, para tahanan diseret ke sana dan dihilangkan paksa. Hampir 400 orang masih dalam penyiksaan dan ditahan tanpa pengawasan yudisial. Amnesty and Human Rights Watch menyebutnya represi pada skala belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah modern Mesir.
Tahanan di Azouli menerima tindakan kekerasan habis-habisan. Mereka secara rutin disetrum, dipukuli dan digantung dalam keadaan telanjang selama berjam-jam hingga memberikan informasi atau mengakui sesuatu.
Seorang aktivis muda bernama Khaled mengatakan ia ditangkap beberapa bulan lalu. Ia dipukuli dan disetrum oleh tentara dan polisi militer di ruang tertutup. ‘’Mereka menggunakan dua mesin listrik kejut. Mereka menaruh air diatasnya dan menenggelamkan wajah saja di sana. Polisi militer juga terus memukuli saya,’’ kata dia.
Khaled mengatakan mereka melakukan itu sebelum menyerahkannya ke penjara Azouli. Di sana, ia langsung ditempatkan di dalam sel lantai tiga.
Seorang mantan tahanan lain, Ayman mengatakan barang-barang tahanan diambil semua termasuk obat-obatan. ‘’Kami kemudian dihadapkan ke dinding, dipukul dengan tongkat, pipa air dan tinju, hal itu berlangsung selama 10 menit,’’ katanya.
Jumlah tahanan setidaknya ada 16 ribu orang yang terdiri dari tahanan politik. Mereka ditahan sejak perubahan rezim musim lalu. Tahanan di penjara Azouli diperlakukan berbeda karena ditempatkan di luar sistem hukum Mesir. Mereka berhak diperlakukan sewenang-wenang oleh sipir penjara.
Sipir penjara tak perlu takut mendapat konsekuensi atas tindakan mereka. Ayman yang ditangkap pada akhir 2013 lalu mengatakan penjara tersebut tidak normal. ‘’Tidak ada dokumentasi yang menyebutkan anda pernah di penjara sana. Jika anda mati di sana, tidak akan ada yang tahu,’’ kata dia.
Para tahanan disiksa secara bergantian. 10 orang dipanggil, disiksa kemudian bergilir dengan tahanan lain. Khaled mengatakan mereka disetrum di seluruh badan dalam keadaan telanjang dan diborgol. Para korban tidak tahu pasti siapa yang menyiksa mereka karena mata ditutup.
Penjara tersebut tak terdeteksi oleh masyarakat sipil biasa. Letaknya berada di dalam sebuah markas militer Mesir di Ismailia, sekitar 62 km sebelah utara Kairo. Tahanan ditempatkan di sel-sel sempit lantai ketiga dan lantai tertinggi. Satu sel berisi sekitar 23 hingga 28 tahanan.
Menurut tiga mantan narapidana yang masing-masing diwawancarai secara terpisah, mayoritas tahanan Azouli adalah Muslim ultrakonservatif Salafi. Mereka diduga terlibat atau mengetahui hal-hal terkait gelombang serangan militan yang terjadi di markas pro presiden terguling Mohamed Morsi pada Agustus 2013.