REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pihak berwenang di Amerika Serikat menekankan bahwa ribuan imigran di bawah umur yang berbondong-bondong masuk ke AS, kebanyakan dari wilayah yang mengalami kekerasan di Amerika Tengah, terancam dipulangkan.
"Sementara sebagian sedang meminta suaka, saya ingin menegaskan bahwa suaka sangat sulit diperoleh, hanya sedikit orang yang bisa mendapatkan suaka di AS," kata Esther Olivarria, seorang penasehat untuk Menteri Keamanan Kampung halaman, Jeh Johnson, Senin.
Pihak berwenang AS mengatakan telah menahan 47.000 anak-anak yang mencoba memasuki AS tanpa ditemani orang dewasa dalam delapan bulan hingga Mei 2014.
Jumlah tersebut hampir mencapai dua kali lipat jumlah anak-anak yang ditahan dalam 12 bulan hingga September 2013.
Sebagian anak-anak itu masuk ke AS untuk meminta suaka dan yang lainnya mengunjungi kerabatnya yang sudah tinggal di AS dan mengajukan petisi untuk tetap tinggal.
Para ibu yang bepergian bersama anak-anaknya juga meningkat, kata petugas.
Para penyelundup manusia menyebarkan kabar burung yang mengatakan bahwa izin tinggal sementara di AS mungkin bisa diberikan kepada anak-anak, sehingga usaha untuk menyeludupkan mereka menjadi membesar.
Namun Johnson sendiri menulis editorial panjang dalam media berbahasa Spanyol di AS, akhir pekan kemarin, yang menegaskan bahwa AS tidak akan memberikan izin tinggal bagi anak-anak yang masuk secara tidak sah.
"Kepada para orangtua dari anak-anak ini, saya ada pesan sederhana : mengirim anak-anak Anda menuju AS secara gelap bukan jalan keluar," kata Johnson.
"Di tangan para penyelundup, banyak anak-anak yang mendapat pengalaman traumatis dan mengalami kekerasan kejiwaan selama perjalanan, atau lebih parah lagi mengalami penganiayaan dan kekerasan seksual termasuk diperdagangkan."
"Bila anak-anak ini tertangkap di perbatasan tanpa membawa surat-surat perjalanan, mereka akan ditahan dan dituntut melanggar undang-undang keimigrasian AS dan akan dipulangkan -- keadaan yang tidak diinginkan oleh semua pihak," Johnson menegaskan.
Wakil Presiden Joe Biden yang mengunjungi Guatemala, Jumat mengatakan, anak-anak migran dari Amerika Tengah meninggalkan negaranya karena kemiskinan, kejahatan dan kegagalan sistem hukum.
Presiden Guatemala, Otto Perez menyalahkan AS karena gagal membenahi kebijakan keimigrasian dan menyediakan kewarganegaraan bagi 12 juta pendatang yang sudah berada di negara tersebut.
Peningkatan arus pendatang gelap ini merupakan "masalah kemanusiaan yang besar ... dan merupakan persoalan bersama bagi AS, Meksiko dan seluruh kawasan," kata Biden.