Rabu 25 Jun 2014 12:55 WIB

Gencatan Senjata Ukraina Terancam Gagal

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pasukan separatis Ukraina proRusia. (ilustrasi)
Foto: Reuters/Maxim Zmeyev
Pasukan separatis Ukraina proRusia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DONETSK – Helikopter militer Ukraina ditembak jatuh di Ukraina timur pada Selasa (24/6). Sembilan awak dilaporkan tewas di tempat. Militer Ukraina menuduh separatis pro Rusia bertanggung jawab atas insiden tersebut. Helikopter Mi-8 ditabrak roket sesaat setelah lepas landas dari kota dekat Sloviansk yang dikuasai separatis, Donetsk.

Kesepakatan gencatan senjata terkoyak karena kejadian ini. Presiden Ukraina, Petro Poroshenko mengatakan ia kemungkinan akan mengakhiri gencatan senjata karena pelanggaran terus dilakukan pihak separatis.

Ia mengeluarkan pernyataan pada Selasa, separatis telah melakukan serangan pada pasukan pemerintah dalam 35 insiden sejak ia memerintahkan pasukannya untuk gencatan senjata. Sementara, pemimpin separatis dari Republik Rakyat Donetsk, Alexander Borodai juga mengatakan tidak ada alasan untuk mempertahankan gencatan senjata.

‘’Saya katakan secara resmi, belum ada gencatan senjata dan tidak akan pernah ada,’’ kata dia pada televisi Rusia, Senin, dikutip BBC. Namun ia mengatakan, timnya akan mengamati gencatan senjata sepihak dari pemerintah Kiev hingga Jumat pagi.

Sementara, separatis bersenjata berat juga masih mengontrol bangunan utama di kota-kota timur. Poroshenko sendiri telah memerintahkan para kepala keamanan untuk menyerang kembali separatis tanpa ragu jika mereka diserang.  

Merespon insiden, dikutip Guardian, Gedung Putih merilis Wakil Presiden AS Joe Biden telah berbicara dengan Poroshenko pada Selasa. Ia menyatakan bela sungkawa atas sembilan korban tewas. Biden menggarisbawahi pentingnya memonitor pelanggaran gencatan senjata. Termasuk dengan menghentikan penyediaan senjata dan militan yang melintasi perbatasan.

Secara terpisah, Presiden AS Barack Obama dan Perdana Menteri Inggris David Cameron mendiskusikan tindakan lebih lanjut untuk Rusia dalam krisis Ukraina. Mereka sepakat untuk menjatuhkan sanksi lebih berat jika Rusia terbukti gagal melakukan deskalasi di timur Ukraina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement