Rabu 25 Jun 2014 19:00 WIB

Kehadiran Masjid Bukan Hal Baru di Pedalaman Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, VICTORIA -- Keputusan Pemerintah Kota Bendigo di Victoria, Australia, untuk mengizinkan pembangunan masjid pertama telah membelah komunitas di kota tersebut. Kenyataannya, kehadiran masjid di kota-kota pedalaman Australia bukanlah hal baru.

Dewan Kota Bendigo menyetujui rencana tersebut, tetapi beberapa penduduk sangat menentang rencana itu dan melancarkan kampanye antipembangunan masjid. Terdapat laporan bahwa beberapa kelompok anti-Islam sayap kanan dari seluruh negeri membiayai kampanye ini.

Bank Bendigo telah menimbang-nimbang untuk menutup rekening kelompok antimasjid dengan mengatakan bahwa keputusan ini diambil setelah melalui berbagai pertimbangan. Tetapi intinya, dalam bisnisnya, bank ingin bekerja sama dengan kelompok yang nilai-nilainya sejalan dengan nilai-nilai bank.

Masjid-masjid di pedalaman Australia bukanlah hal baru. Masjid pertama yang dibangun di Maree di pedalaman Australia Selatan pada tahun 1860. Broken Hill juga memiliki masjid.

Menurut laporan wartawan ABC Claire Slattery mengatakan orang-orang yang menentang masjid menempelkan balon-balon berwarna hitam di tempat dimana para pendukung masjid tinggal. Riddy Ahmet adalah anggota dan mantan presiden Shepparton Muslim Islamic Society di Victoria. Ia mengatakan bahwa saat itu tidak ada penolakan komunitas atas rencana pembangunan masjid di Shepparton pada tahun 1960.

"Orang Albania pertama tiba di Shepparton pada tahun 1928 maka terhitung sejak 1960 kami merupakan anggota masyarakat sini dan orang-orang juga tahu mengenai komunitas Albania. Kami adalah petani dan bagian dari sistem," ucapnya.

Ahmet mengatakan masjid dibangun di pinggiran kota Shepparton di jalan yang kotor dan pada hari pembukaan masjid, dewan kota mengirim truk berisi kerikil untuk membantu membangun jalan.

Tetapi di daerah timur laut pinggiran Perth, di daerah agak pedalaman Swan Valley, komunitas Islam Bosnia harus berurusan dengan penolakan masyarakat atas rencananya untuk membangun masjid.

Sajit Smajic adalah presiden Bosnian Islamic Society di Australia Barat. Ia mengatakan komunitasnya membeli sepetak lahan di daerah tersebut delapan tahun lalu dan pada tahun 2008 mengajukan proposal untuk membangun masjid.

Dewan kota setempat menerima lebih dari 140 pengajuan dan hampir seluruhnya keberatan dengan pembangunan.

"Utamanya, keberatan tersebut karena lalu lintas, parkir dan kebisingan," ucap Smajic.

Ia mengatakan Bosnian Islamic Society mengadakan pertemuan dengan dewan kota selama 6 bulan dan pada bulan Juni 2010, dewan kota berbalik menolak (pembangunan) masjid.

Sebagai bagian dari pembicaraan mediasi, Bosnian Islamic Society setuju untuk mengurangi ukuran masjid hingga 40 persen.

"Kami sangat ingin bekerja sama pada seluruh aspek. Kami harap kami bisa meyakinkan dewan kota bahwa kami buka ancaman dan (kami) fokus untuk menunjukkan bahwa kami memenuhi segala persyaratan," tambah Smajic.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement