REPUBLIKA.CO.ID, MANILA --Enam perempuan Filipina berusia sekitar 80 tahun mendatangi kedutaan besar Jepang di Filipina, Rabu (25/6). Mereka ditemani puluhan pendukung dan aktivis.
Keenamnya adalah perempuan yang dipaksa menyediakan layanan seks oleh militer Jepang saat Perang Dunia II. Mereka menuntut Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meminta maaf dan memberi kompensasi.
Dalam aksinya, mereka juga mengkritik sikap Presiden Filipina Benigno Aquino III yang tidak membahas isu tersebut saat berkunjung ke Jepang beberapa waktu lalu. Abe dikritik karena mengatakan kekejaman masa perang itu dilebih-lebihkan.
Pada 1993, Jepang telah menyatakan permintaan maaf. Secara resmi Jepang mengakui terlibat dalam pemaksaan perempuan dari seluruh Asia menjadi budak seks tentara Jepang di Perang Dunia II.
Pernyataan ini dikeluarkan setelah mendengar kesaksian 16 perempuan Korea yang dipaksa menjadi budak seks. Namun, belakangan muncul pengumuman pemerintah Jepang akan mengkaji ulang pernyataan itu.