REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB memperkirakan fenomena El Nino yang memicu cuaca ekstrem di dunia akan terjadi akhir tahun, bahkan beberapa pekan ke depan.
Terdapat 80 persen kemungkinan El Nino terjadi antara Oktober dan November. Sebesar 60 persen kemungkinan El Nino terjadi sekarang dan akhir Agustus.
El Nino terjadi setiap dua sampai tujuh tahun. Fenomena ini menyebabkan cuaca ekstrem, termasuk kekeringan dan hujan deras di seluruh dunia. El Nino terjadi ketika angin yang berada di permukaan perairan Pasifik mulai melemah.
Saat terjadi, India, Indonesia dan Australia akan mengalami kekeringan sehingga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan gagal panen. Namun, hujan deras justru terjadi di Pasifik timur dan negara-negara Amerika Selatan. Hal itu meningkatkan risiko banjir dan longsor.
"Peringatan dini memberi waktu bagi pemerintah di seluruh dunia waktu untuk membuat rencana kontingensi dampak El Nino pada pertanian, pengelolaan air, kesehatan dan sektor lain yang sensitif terhadap iklim," ujar Kepala WMO Michel Jarraud, dikutip dari AFP, Kamis (26/6).