Sabtu 28 Jun 2014 03:00 WIB

Ribuan Anak Perempuan Menjanda di Negeria

Rep: c54/ Red: Agung Sasongko
Peta Nigeria
Foto: Aljazeera
Peta Nigeria

REPUBLIKA.CO.ID, KADUNA -- Nigeria adalah salah satu negara di dunia yang paling tidak ramah terhadap anak perempuan. Data PBB menyebutkan, satu dari lima anak perempuan di negara Afrika berpenduduk 170 juta jiwa tersebut menikah sebelum berusia 15 tahun. 

Meskipun hukum negara jelas menyatakan bahwa usia minimal bagi perempuan untuk menikah adalah 18 tahun, namun praktik pernikahan anak permuan di bawah umur tidak bisa dibendung. Hal tersebut disebabkan oleh masih memasyarakatnya kepercayaan lama bahwa anak perempuan harus dinikahkan secepat mungkin dan sekolah tidak ada gunanya bagi mereka. 

Pernikahan yang dijalani para anak perempuan tersebut pada kenyataannya banyak yang menemui kegagalan. Sebagai dampaknya, banyak di antara mereka yang terpaksa menjanda di usia belasan tahun. Salah seorang di antara mereka adalah Maimuna, yang kisahnya diangkat AP (28/6). 

Maimuna dijodohkan ayahnya Abdullahi pada akhir 2012 ketika dia berusia 13 tahun. Sang ayah sendiri menerima mahar dari suami Maimuna sebesar 35 ribu Naira atau setara 210 dolar AS. Berselang satu tahun setelah pernikahan, Maimuna melarikan diri dari suaminya karena kerap mendapatkan siksaan.

Sial, alih-alih memberikan perlindungan, sang ayah malah menyuruh dia kembali kepada suaminya, bahkan memaksanya dengan pukulan. "Ini budaya kami untuk menikahkan anak-anak gadis kami ketika remaja. Usia 12 tahun, mereka harus pergi ke rumah suami-suami mereka," ujar ayah Maimuna dengan nada tinggi ketika diwawancarai AP.

Maimuna yang kemudian kabur dari rumahnya kini mendapat perlindungan di sebuah panti sosial yang menampung anak-anak korban perceraian. Panti sosial tersebut memberikan pendidikan praktis berupa kemahiran menjahit dan lain sebagainya agar kelak mereka bisa bertahan hidup lebih baik. 

Setelah menikah, anak-anak permpuan tersebut umumnya tidak boleh lagi sekolah. Tercatat hanya 2 persen saja dari anak perempuan yang menikah masih melanjutkan sekolah mereka. Sebgaian dari mereka bahkan tidak bisa baca-tulis. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement