REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi berjanji melakukan pembalasan setelah dua polisi tewas ketika menjinakkan bom di luar istananya pada Senin, hampir setahun setelah ia menggulingkan pendahulunya.
Pidato Sisi yang direkam sebelumnya itu disiarkan di saluran-saluran televisi untuk memperingati 30 Juni, hari ketika jutaan orang memprotes penguasa saat itu, Presiden Islamis Mohamed Morsi, yang mendorong militer pimpinan Sisi segera menggulingkannya tiga hari kemudian.
"Saya berjanji demi Tuhan dan keluarga korban, negara akan melakukan pembalasan yang cepat dan adil," kata Sisi menunjuk pada polisi-polisi yang tewas itu.
Ahli-ahli penjinak bom kepolisian --seorang kolonel dan seorang letnan kolonel-- tewas dalam selang waktu hampir satu jam ketika mereka berusaha menjinakkan dua bom di luar istana presiden Ittihadeya di Kairo timur.
Sebuah kelompok militan, salah satu dari beberapa yang memelopori serangan-serangan sejak penggulingan Morsi pada 3 Juli tahun lalu, memperingatkan beberapa hari lalu bahwa mereka telah memasang bom di dekat istana di Kairo timur.
Pada Desember, pemerintah Mesir mengumumkan Ikhwanul Muslimin kubu Morsi sebagai organisasi teroris
dan melarang keanggotaan dan dukungan bagi gerakan tersebut.
Pengumuman Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris pada 25 Desember disampaikan sehari setelah serangan bom mobil bunuh diri terhadap kantor polisi menewaskan 16 orang, yang diklaim oleh sebuah kelompok Sinai dan dikecam oleh Ikhwanul Muslimin.